Cinta Ilahi

Sinopsis

 

IMELDA, gadis cantik masa kini dan juga pintar, sedang melakukan studi lapangan bersama teman-teman kampusnya ke sebuah desa di pinggang gunung. Sebuah desa yang bersih dan teratur dengan pertanian yang cukup maju, tetapi mereka tetap hidup sederhana, cukup, tidak berlebihan.

Sesampainya di desa Kayu Wangi, rombongan mereka disambut dengan ramah oleh kepala desa yang didampingi oleh IQBAL, ketua remaja Pesantren Tombo Ati – Kayu Wangi yang cukup dikenal di desa tersebut. Setelah sambutan sederhana, Iqbal menyatakan bahwa rombongan mahasiswi dan mahasiswa akan tinggal di rumah yang terpisah cukup jauh. Mereka pun protes, terutama SIGIT, mahasiswa pemberontak di rombongan tersebut. Tetapi akhirnya mereka terpaksa menerima keputusan Iqbal, karena studi lapangan ini penting untuk kelulusan mereka.

Pada saat melakukan studi lapangan, banyak hal-hal baru yang rombongan mahasiswa-i ini temui. Baik dari pola hidup masyarakat dalam beragama, bekerja, bersosialisasi, dll. Iqbal yang tadinya dipandang sinis oleh Imelda dan teman-temannya, akhirnya mendapatkan simpati, karena Iqbal yang sederhana ternyata juga adalah pria cerdas sarjana teknik pertanian, yang sedang mengerjakan tesis S-2 nya dengan mengembangkan potensi kampungnya.

Semakin mengenal Iqbal, Imelda semakin kagum. Ia pun mulai mencari info detil tentang Iqbal dan keluarganya dari mbok Supinah. Ternyata Iqbal adalah putra dari istri ke-4 KIAI AGIL MARHABAN, kiai ternama di desa tersebut.

Ternyata tidak semua warga senang akan kehadiran Imelda dan teman-temannya di desa Kayu Wangi. Imelda bahkan mendapat ancaman dari Bawon, gadis desa yang merasa Imelda telah merebut Iqbal dari dirinya. Imelda pun terpaksa berdamai dan menjelaskan bahwa ia tidak bermaksud seperti itu. Dari situ ia tahu kalau Iqbal ternyata kabarnya telah dijodohkan dengan HALIMAH, gadis pesantren yang juga cantik dan pintar. Imelda pun penasaran untuk mengenal Halimah dengan berkunjung ke pesantren putrid. Ia mendapati, ternyata Halimah adalah gadis yang cerdas, dan  membantunya memahami alasan mengapa wanita di pesantren diharuskan berbusana muslimah.

Selama seminggu di sana, Imelda menemukan ketenangan yang tidak ia dapatkan dari rumah. Desa itu begitu damai, tidak penuh intrik seperti yang terjadi dengan keluarganya, dan juga pacarnya, MARLON. Imelda banyak belajar dari masyarakat Kayu Wangi, terutama Iqbal dan juga Halimah tentang nilai-nilai Islam dan bermasyarakat.

Sebelum balik ke Jakarta, Imelda menyatakan keinginannya untuk mengunjungi pesantren pria dan mengetahui sistem pendidikan di sana. Tetapi Iqbal memberi syarat, kalau ia ingin ke pesantren pria, ia harus menggunakan busana muslim layaknya santri wanita. Awalnya Imelda protes atas permintaan Iqbal. Tetapi setelah mendengar argumentasi Iqbal yang cerdas, Imelda pun mengiyakannya. Imelda pun semakin kagum dengan Iqbal.

Belum lama sampai ke rumahnya, Imelda mulai merasakan kerinduan untuk kembali ke Kayu Wangi. Ia rindu ketentraman suasana di sana, dan juga ia ingin mengenal Iqbal lebih dalam. Walaupun Imelda merasa bahwa Halimah memang pantas buat Iqbal. Imelda mulai menjaga jarak dengan Marlon, karena ia merasa Marlon membawa pengaruh negative padanya. Imelda pun mulai mencoba-coba berbusana muslimah, persiapan untuk kembali mengunjungi desa Kayu Wangi.

Bagaimanakah kelanjutan kisahnya ?..


Cast n Crew

 

DUDE HARLINO                         

MEYDA SEFIRA                          

YASMINE WILDBLOOD               

MILLER KHAN                           

LUCKY PERDANA                       

KENANG MIRDAD                      

WINGKY WIRYAWAN                 

JORDY ONSU                              

ADE SURYA AKBAR                    

ATIQ RAHMAN                          

EL MANIK                                 

JOHAN JEHAN                           

MARIO MAULANA                      

ANNIE ANWAR                         

DWI YAN                                  

INDAH INDRIANA                     

NABILA CHAERUNISSA   


Production Stils

Sutradara               :        Chaerul Umam

Produser                :        Leo Sutanto

Cerita                    :        Imam Tantowi

Penulis Skenario      :        Imam Tantowi, Lintang Wardhani

Desain Produksi      :        Heru Hendriyarto

Produksi                 :        SinemArt (2013)