Dia Bukan Manusia

Sinopsis

 

Rombongan pendaki gunung sedang menuruni jalanan didalam hutan pegunungan, dimana ada tebing-tebing yang curam. Hutanbelantara dengan tetumbuhan heterogen, dimana banyak yang memiliki akar-akar gantung yang meintang-lintang ditumbuhi lumut dan tanaman rambat bersaing dengan pohon rotan yang menjalar-jalar dengan daun berduri.Hutan yang tampak basah dan berlumut…. 5 orang dengan tiga orang perempuan dan dua orang pria. Mereka menggendong perlengkapan dalam keril (carier) yang cukup besar dan berat… dan membawa tongkat… Pimpinan rombongan mahasiswa itu berhenti diikuti oleh yang lain juga berhenti dengan nafas terengah-engah…, mereka meneguk air mineral dari botol yang dibawanya…. Pimpinan rombongan, NARDO, melihat jam, wajahnya tampak gelisah…. Dia melihat lagi kebelakang, kemudian mengamati sekelilingnya, dia mulai ragu…. ELAN lelaki yang satunya mendekati NARDO….  >Kenapa Do…?. Sesaat NARDO diam, kemudian bicara lirih. >Jangan bilang ke cewek-cewek itu, kelihatannya kita nyasar. Nggak usah panik, takutnya cewek-cewek itu akan lebih panik lagi dari kita, bisa kacau.

Sementara CEWEK-CEWEK PENDAKI itu heran kenapa ELAN dan NARDO malah enak-enakan ngobrol…. > Heh !!! Lo nggak takut kemalaman apa..? Ayo dong ! Teriak VANDA, sementara ALIN dan MARWA mulai curiga. NARDO sebagai leader atau kepala rombongan tidak bOleh menampakkan kebingungan. Dia mengajak meneruskan jalan, dan mereka jalan… menuruni hutan heterogen yang cukup lebat… NARDO paling depan, sementara paling belakang ELAN sebagai sweeper, meskipun dia sangsi apa arahnya benar…. Pada tikungan dimana tidak ada lagi jalan setapak, NARDO mulai panik, dia mencari-cari arah…. Ketika itu cewek-cewek juga mulai mencium ada sesuatu yang tidak beres…. > Kenapa Do..? Nyasar ya…? NARDO Cuma menggaruk rambut setelah topinya dia lepas….

Ketika itu dari arah hutan, ada seorang anak muda memanggul dedaunan dan juga segulung ranting kering untuk kayu bakar. Dia berjalan dengan sangat enteng menaiki hutan dari dasar seperti jurang yang tidak terlampau curam…. Ketika melintasi mereka, NARDO menyapa…. Belum lagi ditanya, anak muda yang berwajah tampan tapi cool bicara pelan… “Kalian salah arah, kesana tidak ada lagi pos ataupun shelter, yang ada jurang yang cukup terjal. >Maksud sanak, kami nyasar..? > Ya! Di pertigaan Batu bulat, mestinya kalian ke kiri, hanya beberapa kali turunan, kalian akan ketemu pos 2 dan shelter… >Jadi harus balik lagi keatas.? Tanya NARDO tiga cewek itu langsung melenguh… >Yah… katanya juru kunci Sinabung, nyasar juga lo… !

Pemuda berwajah Cool yang akan kita kenal dengan nama SANCAKA, menjawab dengan datar. >Kalau kembali keatas, kalian akan kemalaman di tengah hutan. Sangat berbahaya. Banyak binatang buas.;VANDA, ALIN dan MARWA ketakutan. NARDO juga mulai panik, dia dekati pemuda tampan berwajah dingin itu…. > Maaf… Sanak….. Apa bisa kami menginap di rumah Sanak..? SANCAKA terdiam…., kemudian pelan bicara. >Saya tinggal di rumah tua bekas mandor kebon yang sudah meninggal…..>Tidak apa-apa…, yang penting kami tidak bermalam di dalam hutan….. Ketiga CEWEK itu mendengarkan pembicaraan itu, VANDA yang paling cantik diantara ke tiga cewek itu mendekati SANCAKA.. Tolonglah kami Sanak…. Kami tidak mau mati dimakan binatang buas…. Tiba-tiba SANCAKA mendesiskan mulutnya….. melarang…, kemudian dia mengambil sesuatu dari pundi-pundi atau kantung kain kecil, berisi serbuk kayu tertentu, kemudian dia tiupkan ke segenap arah. Melihat sesuatu yang mistis yang dilakukan SANCAKA, VANDA, ALIN dan MARWA semakin ngeri, juga ELAN, sementara NARDO sudah memahami. Dengan suara lirih tapi tajam SANCAKA bicara ke ketiga cewek itu…. >Ditengah hutan tidak boleh bicara yang buruk-buruk, bisa terjadi. VANDA mengangguk-angguk…..

Akhirya mereka sampai di sebuah rumah kayu yang sudah tua dan lapuk dimakan usia….. SANCAKA menyilakan mereka masuk. Malam rembulan pias, malu-malu diantara pucuk pepohonan didepan rumah kayu. SANCAKA membakar api unggun di halaman depan rumah…. Dia sedang duduk bersama NARDO…. SANCAKA menceritakan Datuk Mukri yang dulu menghuni rumah ini. VANDA, MARWA dan ALIN didalam sleeping bag masing-masing yang menutup sampai ke kepala mereka…. Mereka masih ngobrol…. >Si Sanca itu sebenarnya keren banget…., cool…. Cuma kelihatannya sulit bergaul. Kata VANDA…. > Lo naksir Vand..? > Kalau lo naksir, ajak aja ke Jakarta… suruh kerja di rumah kamu Van…? Suruh kerja apa..? Kebisaan dia cuma menyadap karet liar seperti cerita dia… > Kan bisa diajari nyetir mobil. > Sulit bo… nyetir di Jakarta, yang orang Jakartanya aja bingung, jalan sekarang sudah ruwet banget….> Coba aja lo tawarin, siapa tahu mau jadi tukangkebun atau perawat taman…. Di rumah kamu…. Di ruang los dari rumah kayu itu tampak penerangan dengan lampu sentir minyak kelapa yang di buat Sancaka….. mereka tidur dengan lelap.

Esok harinya, waktu cewek-cewek itu baru mandi dan mau masuk kedalam rumah… di halaman ada seekor ular sanca yang menjalar… VANDA dan MARWA menjerit keakutan… NARDO dan ELAN keluar dari rumah membawa belati besar dan mau membacok ular sanca itu, tiba-tiba terdengar teriakan keras… > Jangan bunuh !. Semua menoleh kearah suara. SANCAKA yang berteriak, NARDO dan ELAN menoleh kearah SANCAKA… > Kenapa Sanca…? Dia sangat berbahaya kalau sampai membelit salah seorang dari anggauta ….. SANCAKA memandang dengan tajam…. Kearah NARDO dan ELAN. > Ular itu pendendam, kalau kalian bunuh, keluarganya, atau betinanya yang melihat kejadian ituakan mengejar kalian sampai kemanapun, walaupun sudah menyeberang ke Jawa…. > Darimana dia tahu kalau kami yang melakukan…? >Mereka pasti ada disekitar tempat ini, kalau mereka menyaksikan kerabatnya ada yang dibunuh, maka mereka akan mengingat siapa pembunuhnya…. Dan dia akan membalas dendam. VANDA dan MARWA memandang kearah Sancaka yang sedang mengusir ular itu dengan lemah lembut… sampai masuk kedalam semak-semak.

VANDA, MARWA dan ALIN selesai memasak mi goreng instan dan menempatknnya kedalam piring kertas berlapis lilin, lalu membagikannya kepada NARDO dan ELAN sementara VANDA memberikan kepada SANCAKA yang tersenyum manis sekali. Sambil mengucap terima kasih. VANDA makan bersama SANCAKA… > Kamu punya saudara atau kerabat disini..? SANCAKA menggeleng. Semenjak Atuk Mukri meninggal, saya hidup sebatang kara disini, dirumah ini. VANDA heran, lalu darimana SANCAKA bisa hidup?. SANCAKA menceritakan dia meneruskan menyadap getah pohon karet liar yang banyak tumbuh di dalam hutan…, getahnya dia jual pada tengkulak yang sering membeli kepada penduduk, juga rotan…, hasilnya buat beli beras dan ikan asin juga garam…VANDA menawarkan apa mau ikut kerja di kota..? > Dimana..? > Di rumahku… kamu bisa merawat semua tanaman yang ada di rumahku. > Saya tidak tahu, apakah saya bisa hidup ditengah keramaian…?, saya biasa hidup bersunyi-sunyi di tempat ini…. Disini hanya sesekali saya bertemu orang, seperti penjaga pos, juga warung di pos satu, dua dan Tiga, juga penjaga tempat istirahat…. > Shelter..? >Ya, saya sering dengar anak-anak kota menyebutnya shelter…, kadang-kadang saya juga ketemu dengan pendaki gunung yang kesasar, seperti kalian… mengantar ke pos dua.

Akhirnya SANCAKA mau untuk ikut VANDA ke kota….

Semua mengikat kembali keril masing-masing, SANCAKA menyiapkan kain buntelan dan bekalnya beberapa lembar pakaian. SANCAKA mengatakan, kalau mereka setuju, dia akan membawa lewat jalur dimana dia biasa lewat menuju pinggir desa lewat jalan pintas. kalau lewat jalur pendakian malahan sangat curam, karena berangkatnya juga sangat mendaki. NARDO mengangguk-angguk setuju….

Mereka melintasi hutan dan sungai kecil di dasar jurang…, kemudian, hanya ada tanjakan sedikit mereka sudah sampai. Dalam perjalanan itu VANDA sering berpegangan tangan ke Sanca…Dan ELAN memperhatikan dengan rasa tidak suka.

VANDA menceritakan kepada MARWA dan ALIN, bahwa kulit tangan Sanca itu bersih dan halus… ELAN kurang suka dengan sikap VANDA kepada SANCAKA, karena diam-diam dia menyukai VANDA, sementara VANDA sama sekali tidak menganggap Elan.> Vand… beliin orang gunung itu alas kaki, biar kagak jadi tontonan orang ntar.> Kok elo ngatur-ngaturgue Lan..? Ternyata benar.., desa kecil itu tidak jauh dari tempat menitipkan mobil untuk ke hotel. Dan besoknya pulang ke Jakarta.

Di kamar hotel melati kota kecil, SANCAKA benar-benar gelisah, dia merasakan kulitnya gatal pada bagian lengan dan wajahnya…Dia mengeluh dan mendesah cemas…. Gatal di lengan dan di wajahnya berubah menjadi seperti sisik ular yang menempel transparant pada kulit lengan dan wajahnya…. Wajahnya berkeringat, nafasnya terasa sesak…, dia menggeliat- geliat…., kemudian menuju ke pintu kamar dan menguncinya…. Sehingga ketika VANDA, MARWAH dan ALIN mengetuk pintukamar SANCAKA untuk mengajaknya makan…. SANCAKA mendengus dan bicara,  bahwa dia sedang sakit perut…… tolong belikan saja… VANDA agak curiga, tapi kemudian meninggalkan hotel melati di kota kecil itu.

Di Jakarta VANDA membelikan baju dan celana yang trendi buat SANCAKA yang saat itu sedang menyiram tanaman di taman yang ada di rumah VANDA. Ada beberapa pasang, kemudian VANDA menyuruh SANCAKA memakainya, nanti temuin aku ya…, Vanda tungguin di ruang keluarga…. SANCAKA memakai pakaian model kini itu dan sangat pas ukurannya dan SANCAKA tampak sangat gagah dan tampan sekali dengan pakaian itu, kesannya milenial sekali…. VANDA yang sedang duduk bersama PAK HARIS, ayahnya dan BUNDAISMA ibunya, terpana melihat ketampanan SANCAKA…..Ayah dan Bunda VANDA menanyakan ada perlu apa…? SANCAKA menjadi heran, karena dia yang disuruh menemui VANDA di ruang keluarga…. VANDA langsung menjawab…. Bahwa dia minta diantar ke Mall…. Kedua orang tua Vanda agak heran, dia curiga, Vanda pacaran sama Sancaka.

BUNDA ISMA yang curiga, langsung berdiri dan menyuruh VANDA mengikuti. SANCAKA berdiri bingung dan bengong….. AYAH HARIS menanyakan pendidikan Sanca, dengan jujur dijawab dia tidak sekolah. Dia hanya belajar kehidupan di dalam hutan. AYAH HARIS agak heran…. Dia bertanya, apa di desa Sancaka tidak ada sekolah..? SANCAKA menjawab bahwa dia tidak tinggal didesa, dia tinggal di tengah hutan di pinggang gunung. > Keluargamu semua tinggal di hutan..? > Saya hidup seorang diri sejak kematian datuksaya….. > Ibu dan ayahmu…? Saya tidak kenal ayah, tapi ibu meninggal waktu melahirkan saya. AYAH HARIS mengerutkan kening…. Jadi….? > Saya dirawat dan diasuh datuk saya dan sekarang beliau sudah meninggal.AYAH HARIS hanya geleng kepala, antara kagum dan tidak masuk akal dia…

Sementara utu BUNDA ISNA menginterogasi VANDA. Apa dia pacaran dengan Sanca… Vanda bilang, jujur dia tertarik ketampanannya, tapi Sanca tidak bisa untuk ditampilkan kepada umum. Anaknya tidak minder, tapi sangat tampak bahwa dia tidak akrab dengan budaya modern.BUNDA ISMA meanti-wanti bahwa lebih baik kamu bijak dan membuat garis, supaya anak gunung itu tidak ge er…, merasa kamu cintai…. Pernikahan itu juga untuk mendapatkan keturunan yang baik. VANDA hanya mengangguk-angguk. Lalu meninggalkan bundanya.

ELAN bersama kawan-kawannya melihat VANDA jalan bersama SANCAKA yang tampak tampan luar biasa dengan pakaian milenial, meskipun dia agak kikuk dan terkadang takut ketabarak kendaraan. ELAN menyuruh teman-teman gengnya untuk menghabisi Sanca….

TEMAN GENG ELAN tujuh orang tampak mengikuti mobil VANDA dan mencegatnya dan memalangnya di jalanan yang agak sepi. ANAK BUAH ELAN turun, dan menyuruh VANDA turun…. SANCAKA dengan nalurinya merasakan bahwa temannya sedang terancam, maka diapun turun, dan perkelahian terjadi. Ilmu silat SANCAKA sangat unik gerakannya seperti gerakan seekor ular dan serangan baik pukulan maupun tendangannya juga seperti gerakan ular yang mematuk-matuk. Ketika salah seorang dari teman geng ELAN itu menendang SANCA dengan gerakan cepat SANCA menangkap kaki itu lalu di jepat dan dia peluk ke dadanya. Sehingga teman ELAN itu menjerit-jerit dan akhirnya pingsan…. Yang lain mundur sementara mulut SANCAKA mendesis seperti ular sanca…. VANDA mengajak SANCA kembali ke mobilnya dan segera meninggalkan geng teman-temannya ELAN… mereka membawa anggauta geng yang tangannya dipiting Sanca…. Yang menjerit-jerit kesakitan….

VANDA semakin kagum kepada SANCA, tapi diam-diam dia ngeri melihat bagaimana ekspresi wajah Sancaka ketika diserang, matanya seperti berkilap penuh amarah dan dendam….. dan terkesan memiliki nafsu membunuh….. Dan yang sebenarnya tidak diketahui oleh VANDA, ketika SANCA marah itu, dari mulutnya keluar lidah kecil yang bercabang, layaknya lidah seekor ular sanca. Sesekali VANDA melirik kearah SANCAKA yang duduk disampingnya sambil tetap menyetir…> Siapa orang-orang tadi…? > Anak-anak berandal…. > Kenapa mereka menyerang Vanda…? Vanda pernah berbuat salah kepada mereka…? > Sama sekali tidak. Mungkin ada orang yang menyukai aku dan tidak terima melihat aku sama kamu. > Apakah dia pasangan kamu…?> Bukan….> Kalau dalam kehidupan saya, hanya pasangan saya yang menjadi milik saya…. VANDA tersenyum, kemudian bicara ke SANCAKA.. > Kita bicara soal lain saja yuk…. (tempo) Kamu suka tinggal di Jakarta…? SANCAKA menggeleng….> Saya lebih menyukai kesunyian, suara alam, suara angkin meniup dedaunan, suara harimau, wawaw, suara desis ular, gemercik air sungai…. Disini sangat bising dan membingungkan. VANDA manggut-manggut…., dia bisa memahami omongan Sanca…. Dia baru menyadari bahwa SANCAKA pasti mengalami gegar budaya yang membuat dia bingung. Dia benar-benar seorang Indogenous yang sangat murni. Dan dosa dia tanpa adaptasi yang gradual langsung diajak ke Jakarta…..

Sementara di rumah sakit Teman2 ELAN sedang menunggu temannya yang tangannya dipiting Sancaka, ternyata dokter bedah mengatakan, bahwa tulang tangannya hancur. > Ini seperti terkena belitan ular pyton…. Untung Cuma lengan tangan saja yang hancur kalau badan yang dibelit, pasti semua tulangnya akan luluh lantak….; Kata dokter,  ELAN bergidik….> Kejadiannya bagaimana ? Tanya ELAN…. >REMI menendang lalu memukul teman si Vanda itu, anak itu menangkap tangan REMI lalu memeluk tangan itu sampai REMI menjerit-jerit dan pingsan…..

ELAN terdiam, mungkin itu hanya peringatan, selanjutnya bisa saja anak rimba itu akan menghancurkan tubuh lawannya kalau dia sempat memitingnya…….

VANDA sedang ke rumah NARDO menceritakan tetang SANCA yang bingung dan kelihatannya tersiksa hidup di Jakarta… > bagaimana kalau dia sampai stress dan mengamuk atau mengangap semua yang ada itu adalah musuh…. VANDA semakin bingung. Bagaimana dong…? Apa kita kembalikan lagi ke hutan gunung Sinabung? Kita kembali ke Pande Sikek…? Dan mendaki kembali? Atau kita cuku mengantar sampai menara Televisi…? Dia pasti bisa pulang sendiri…? NARDO terdiam…. Sambil menggerendeng sendiri…. > Waduh…. Gua udeh harus nyelesaiin skripsi gue lagi…. Sama Elan aja gimana..? > Gua nggak mau lo sebut nama dia…, dia itu yang mengeroyok Sanca dengan gengnya….> Tapi gua nggak bisa Vand…. Sumpah… ! Gua udah disemprogt papa sama mama gua, karena belum kelar juga kuliah gue….. vanda BINGUNG…., DIA BENAR-BENAR MERASA BERSALAH. > Gua benar-benar kagak pernah mikir efek psikologi Sanca menghadapi kehidupan ibu kota….. Jujur, di rumah dia hanya mendekam saja di dalam kamarnya, itu membuat AYAH dan BUNDA gua risih….. Tapi gua bertanggung jawab buat ngembaliin dia ke hutan Sinabung….

MARWA dan ALIN ternyata juga naksir SANCAKA…, dia sering main ke rumah VANDA…. Tapi VANDA tidak sedang di rumah…. MARWA dan ALIN sedang bicara dengan BUNDA ISMA, bahwa di ingin mengajak SANCAKA untuk dikenalkan dengan teman-teman di kampus. BUNDA ISMA agak bingung….,> Apa tidak lebih baik menunggu VANDA?> Nanti akan saya hubungi hp nya, bunda…..> Sebentar sayaakan panggil dia. Agak sulit komunikasinya….

SANCAKA sedang melatih tenaga dalamnya dengan gerakan-gerakan jurus yang dengan tenaga sekeras-kerasnya, tapi tidak dikeluarkan sehingga hanya menimbulkan desis…. Dia telanjang dada, sehingga bentuk tubuhnya yang kekar tampak indah sekali, berkeringat…. Terdengar suara ketukan pintu dari luar…., Suara BUNDA ISMA terdengar…. > Sancaka, ada temanmu mau ketemu. SANCAKA berkerut, matanya tajam, lalu berkata. > Siapa…? > Teman para pendaki, temannya Vanda…. SANCAKA mengenakan kaus polo yang dibelikan Vanda, Lalu keluar kamar.

ALIN dan MARWA terpana melihat kegantengan SANCA…., dia tetap berdiri di dekat kedua teman Vanda. > Mau apa..? > Aku sudah bilang sama Vanda, mau mengajak kamu ke kampus…. SANCAKA mengerutkan keningnya…..> Saya tidak mengerti… > Cuma jalan-jalan saja….. > Saya takut…. Kepala saya pusing kalau ramai begitu.> Kan kita naik mobil….. SANCAKA diam…..

Dalam perjalanan, SANCAKA Cuma memejamkan matanya, dalam mobil, dia benear-benar takut melihat keramaian kendaraan….ALINyang nyetir mobil, sementaraMARWAduduk disampingnya, sedangSANCAKA duduk dibelakang sambil menutup matanya dengan kedua tangannya. Kedua gadis itu membicarakan tentang Sancaka dalam bahasa milenial. > Memang cakep bingit tu anak…. Pantesan si Vanda ngekepin aja dia di rumah….> Aneh juga ya, ditengah hutan ada manusia se ganteng itu…. Apa dia itu keturunan suku anak dalam…?> Wah nggak tahu dah….. tapi mungkin juga.. Kabarnya anak suku dalam itu orangnya cantik-cantik dan ganteng-ganteng…. Mereka tidak mau dekat dengan manusia luar.

Di sebuah bangunan tua dimana masih banyak pepohonan,ELAN bersama dua orang yang berbadan besar dan sangar, dan seorang lagi pencari bakat untuk pegulat MMA (Mixed Martial Art). Mereka tampak tidak sabar melihat kearah gerbang… Kedua lelaki bertubuh besar itu tidak sabaran, juga manajernya yang merangkap pencari bakat.mereka pengen membalas si Remi yang sampai sekarang tangannya terpaksa di gips karena tulangnya remuk…. REMI salah seorang anggauta dari Grup MMA yang mereka kelola. Mereka penasaran…, sekuat apa orang hutan itu….

Begitu mobil MARWA sampai di parkiran ELAN menunjuk ke arah mobil kepada kedua LELAKI BADAN BESAR…. Bahwa orangnya sudah datang.MARWA dan ALIN membukakan pintu kepada SANCAKA yang segera turun, tiba-tiba SANCA berhenti dan mengendus sesuatu yang dia seperti kenal….. matanya menajam, kemudian menoleh dengan patah kearah ELAN yang sudah tercium hawa kebenciannya kepadanya. ELAN dan dua LELAKI BERBADAN BESAR berwajah Sangar siap-siap menghadangnya…., tanpa basa basi kedua lelaki kekar itu menyerang SANCAKA. Tapi sancaka mampu mengelak dan mengeluarkan jurus dengan gerakan sangat cepat dan juga, sementara kedua lelaki bertubuh besar itu, memainkan pukulan dan tendangan sebagaimana pelaku MMA diatas ring. SANCAKA dengan gesit mampu meladeninya.  Lelaki PROMOTOR itu mengamati dengan teliti. Dia benar-benar mengagumi gerakan SANCAKA… lalu Sancaka pergi dari tempat tersebut. LELAKI PROMOTOR, ELAN, juga MARWA dan ALIN panik, mereka menyalahkan ELAN yang telah merencanakan menyakiti SANCAKA….. Sang PROMOTOR MMA sangat ingin memiliki SANCAKA…, Dia mencari-cari berita keberadaan SANCAKA….

Petualangan SANCAKA dimulai, bagaimana dia bersahabat dengan seorang gadis, yang ternyata memiliki nasib yang sama, Naluri SANCAKA mengatakan bahwa gadis yang dia temui di bangunan tua di daerah kota….. mereka bersahabat untuk akhirnya saling menyinta, gadis yang memiliki naluri ular itu bernama SARI dia menceriakan bahwa dia dibawa kekota oleh orang kota yang dia tolong waktu terjadi banjir, dan orang kota itu kebetulan sedang wisata…. Akhirnya dia dibawa ke kota ini….. SARI juga tidak tahu siapa orang tuanya, karena sejak kecil dia hanya diasuh oleh neneknya, tukang mencari udang galah di rawa-rawa yang ada di dalam hutan…. SANCAKA juga yang merasakan nasib yang samasemakin simpati kepada SARI dan cara mereka berpandangan, mereka merasa ada persamaan nasib, untuk selanjutnya ada rasa cinta yang mulai tumbuh…..

Dan bermunculanlah berbagai macam problem dan bahaya yang selalu menimpa mereka sebelum mereka berhasil menyeberang laut sampai ke pulau Sumatra untuk mencari tempat kembali SANCAKA, sementara SARI menceritakan bahwa asalnya dari daerah tanah Pasundan, dulu si nini sering bercerita  bahwa dia orang pasundan.

Bagaimanakah kelanjutan kisahnya ?..


Cast n Crew

 

DYLAN CARR                              

AUDI MARISSA                          

ERSYA AURELINA                      

ANTHONY XIE                           

EL MANIK                                  

DINA LORENZA                         

STEVEN TANADY                      

ESTA PRAMANITA                      

FIOLENA TEJA                           

MACHO HUNGAN                      

MARCO GILIANO


Production Stils

 

Sutradara               :        Rizal Basri

Produser                :        Leo Sutanto

Cerita           & Skenario    :        H. Imam Tantowi

Produksi                 :        SinemArt

 

Judul Lagu        : CINTA ABADI

Penyanyi           : ILUSKA BAND

Ciptaan             : INDRA JOE

Publisher          : PORTRAIT