Kita Nikah Yuk : Potret Diri Sandra Dewi

Sandra Dewi seperti memainkan karakter dirinya sendiri di sinetron Kita Nikah Yuk. Persoalan jodoh di usia yang sudah mapan yang sebenarnya dirasakan Sandra Dewi tergambar nyata di peran yang ia mainkan.

Sasha diperankan Sandra Dewi (31) seperti mendapat durian runtuh memiliki kekasih bernama Krisna (Christian Sugiono) yang baik hati, rupawan, dan mapan. Namun Sasha yang merasa "kotor" karena telah dinodai hingga hamil oleh mantan kekasihnya Rudi (Winky Wiryawan), merasa galau memiliki kekasih yang begitu mencintainya.

Polemik kisah cinta Sasha tersebut menjadi lakon baru Sandra Dewi selepas memainkan peran di sinetron Tangan-Tangan Mungil (2013). Wanita kelahiran Pangkal Pinang, 8 agustus 1983 ini merasakan pengalaman dan tantangan akting yang berbeda.

"Susahnya harus beradegan romantis. Kebetulan lawan main teman-teman sendiri yang sering ketemu, bercanda, dan ngobrol di luar syuting," tutur Sandra saat ditemui di Studio Persari, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Rabu (20/8).

Bintang iklan sebuah produk sampo ini merasa enjoy dipertemukan dengan para sahabatnya di Kita Nikah Yuk. Obrolan tak hanya sebatas di lokasi syuting saja, namun di luar itu mereka bisa saling mengobrol apa saja, terutama soal jodoh.

"Kebetulan aku, Ringgo, dan Naysila belum menikah. Obrolan kami jadi nyambung deh soal jodoh," katanya sembari tersenyum.

Diakui Sandra baik dirinya, Naysila, dan Ringgo sering kali meminta pendapat kepada Christian Sugiono. Pasalnya dari keempat tokoh sentral di sinetron garapan SinemArt Productions ini hanya Christian Sugiono yang sudah berumah tangga.

"Kami cukup sering sharing cerita sama Tian (Christian Sugiono) yang sudah berumah tangga. Banyak hal yang bisa dipetik dari pengalaman Tian dan Titi Kamal menuju pernikahan. Mulai dari pacaran jarak jauh, menikah, hingga mengurus anak," ucap Sandra.

Cerminan Diri

Aktris film Quickie Express (2007) ini, mengaku sangat antusias berakting di sinetron garapan sutradara Indrayanto Kurniawan tersebut. Sandra mengungkapkan kisah yang tersaji di sinetron ini, sama seperti yang dia alami dalam keseharian.

"Jujur sinetron ini enggak jauh dari realitas kehidupari aku saat ini. Di usia aku yang sudah cukup, pertanyaan soal jodoh bukanlah hal baru," tandasnya.

Pelakon film Tarzan Ke Kota (2008) ini menjelaskan dialog-dialog yang ada juga seperti percakapan sehari-hari. Pertanyaan jodoh, kapan menikah, dan desakan orang tua untuk menikah bukan hal baru yang dirasakan Sandra.

"Apa yang didialogkan enggak beda dengan obrolan sehari-hari. Jadinya biasa saja, karena soal mendapatkan jodoh kan bukan halyang mudah," tandasnya.

Beruntung sang kekasih hati mendukung aktivitas Sandra terjun ke ranah hiburan. Ia merasakan dukungan itu sebagai kepercayaan yang harus dijaga.

"Karier aku selama ini dapat dukungan penuh dari kekasih. Itu yang membuatku tambah bersemangat," akunya.

Jangan Paksa Menikah

Kekasih Hervey Moeis ini punya anggapan sendiri soal jodoh. Menurutnya jodoh dan menikah dua hal yang tak bisa dipaksakan.

"Aku berprinsip lebih baik menikah telat tetapi bahagia daripada menikah cepat malah sebaliknya. Aku bersyukur kekasihku paham hal itu. Begitu juga dengan orang tuaku," ucapnya dengan mimik serius.

Kendati begitu, Sandra tidak sepakat selamanya seseorang bisa hidup sendiri. Sandra berpendapat kodrat manusia diciptakan untuk menikah.

"Biarpun susah dapat jodoh, harus menikah dong. Kan Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasangan," ujarnya.

"Biarpun begitu jangan buru-buru untuk menikah, pilihlah jodoh yang terbaik, jangan pilih cowok pembohong. Tak kalah penting orang tua jangan paksa menikah," sambungnya.

Padatnya jadwal syuting dari pagi hingga tengah malam tidak mengurangi waktu Sandra bertemu dengan kekasihnya. Waktu break, biasanya hari Minggu dipergunakan Sandra untuk bertemu Hervey.

"Biasanya kita ke gereja terus dinner (makan malam). Sebisa mungkin di waktu luang yang sempit bisa dihabiskan bareng orang tersayang," tuturnya.

Belajar dari Senior

Banyak pengalaman baru yang dirasakan Sandra di sinetron yang naskahnya ditulis Hilman Hariwijaya ini. Beradu akting dengan artis dan aktor senior seperti Roy Marten, Ira Maya Sopha, Lidya Kandou, Eeng Saptahadi, membuatnya paham betapa pentingnya menghargai waktu.

"Luar biasa para artis dan aktor senior soal waktu. Mereka selalu on time datang ke lokasi syuting. Kami yang muda harus meniru pola kerja mereka," tandasnya.

Kebiasaan tepat waktu ini diakui Sandra tertular pada dirinya. Ia mengaku selalu datang satu jam lebih awal dari jadwal syuting dimulai.

"Aku membiasakan diri datang satu jam lebih awal dari jadwal syuting dimulai, kira-kira jam setengah 8 pagi. Meski rasanya istirahat belum cukup tetapi harus bisa. Masak kalah sama senior yang bisa datang tepat waktu," ucapnya.

Capek dan letih diakui Sandra sebagai hal yang manusiawi. Sebisa mungkin Sandra menjaga stamina agar tetap fit dan bugar.

"Resep jaga stamina cukup simpel kok. Pokonya aku harus makan sehari tiga kali. Enggak boleh telat. Aku juga enggak bisa diet. Puji Tuhan selama syuting stamina tetap terjaga," pungkasnya.

 

(Cek & Ricek, Edisi 835, 27 Agustus - 2 September 2014)