Menikmati 1000 Mangkok Bubur Tanpa Haji Sulam

Di tengah persaingan ketat tayangan televisi di jam tayang utama, sinetron Tukang Bubur Naik Haji, bisa mencapai episode ke-1.000. Sinetron drama produksi Sinemart Production ini bisa melebihi prestasi sinetron Cinta Fitri yang ditayangkan dalam 1.002 episode dan dalam tujuh musim. Apa kelebihan sinetron yang menjadikan sosok Haji Muhidin sebagai magnet cerita ini?

Rasa suka cita sedang dirasakan keluarga besar Sinemart Production, terutama tim sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Sinetron yang ditayangkan setiap malam di RCTI itu, menggelar syukuran syuting episode ke-1.000, pekan lalu.

Acara dikemas unik di Taman Bunga Wiladatika Cibubur, Jakarta Timur. Rumah produksi menyediakan santapan 1.000 mangkok bubur ayam yang disajikan oleh puluhan gerobak bubur berikut penjual yang sibuk melayani. Tak heran, taman yang asri oleh tanaman tersebut dipenuhi warga masyarakat sekitar, yang tentu juga merupakan penggemar sinetron tersebut, Selasa (24/12) pagi.

Bukan semata seremoni ini yang menarik dicatat. Pencapaian episode ke-1.000 yang ditayangkan pekan si lam, merupakan prestasi yang membanggakan sekaligus unik di industri pertelevisian Tanah Air. Tak banyak program drama di layar kaca, yang ditayangkan sebagai acara stripping yang bisa mencapai episode penayangan ke-1.000.

Uniknya, lagi, Tukang Bubur Naik Haji, bisa bertahan di jam tayang bergengsi, dan konsisten tanpa pernah bergeser. Diproduksinya sinetron hingga episode ke-1.000 juga menjadi tanda stasiun televisi puas dengan performa rating dan audience share sinetron ini menurut lembaga survey AGB Nielsen. Karena popularitasnya itu pula sinetron ini diganjar predikat drama seri terfavorit versi Panasonic Gobel Awards 2013

Mat Solar

Selain deretan prestasi tersebut, ada catatan menarik yang terlihat pada perjalanan sinetron ini. Tokoh Tukang Bubur Naik Haji, yang awalnya ditampilkan dalam sosok Haji Sulam (Mat Solar) sudah tidak main lagi sejak episode 230.

Inti cerita sinetron yang mengangkat kehidupan sehari-hari kaum marginal di pinggriran Ibukota ini memang tentang hidup Haji Sulam, seorang penjual bubur ayam. Berkat ketekunan dan kesabarannya, Haji Sulam bisa sukses dan pergi haji. Karena performa bagus, tancap gas yang dilakukan pihak produser tidak bisa diikuti oleh Mat Solar. Seniman Betawi itu mengaku tak sanggup harus syuting setiap hari dengan durasi kerja yang panjang.

Penulis skenario Imam Tantowi pun membelokkan cerita. Tanpa kehadiran Haji Sulam, untungnya Tukang Bubur Naik Haji tak kehilangan pesona.

"Banyak sinetron yang dibuat saat ini ceritanya tidak membumi. Tidak sesuai dengan realita kehidupan masyarakat. Nah, sinetron Tukang Bubur Naik Haji mengangkat kisah kehidupan

sehari-hari," kata Imam Tantowi di sela-sela acara syukuran, Selasa pekan lalu.

Salah satu greget atau magnet cerita adalah kehadiran Haji Muhidin (Latief Sitepu) yang digambarkan sebagai pria kaya yang pelit. Lebih lanjut, Imam Tantowi mengungkapkan, sinetron Tukang Bubur Naik Haji, sebenarnya merupakan sinetron dakwah meski dalam dialog tak bertabur kutipan ayat Alquran dan hadis. "Dakwah itu kami sampaikan melalui perjalanan hidup tokoh-tokohnya. Supaya pemirsa bisa mengambil hikmah.

Kangen

Sementara itu sutradara Uci Supra mengungkapkan, kunci keberhasilan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, karena mengangkat problem kehidupan. Karena setiap orang, pasti mempunyai problem hidup. Konflik itulah yang diaduk-aduk dalam setiap episodenya setiap hari, Seperti masalah hidup Yu Jum, tukang jamu, yang ternyata menderita kanker serviks.

Bahkan Emak, yang karakternya kalem, ternyata juga mempunyai problem hidup, yaitu tak bisa menahan kangen dengan Sulam, anaknya. Atau problem ketika ia ingin bikin yayasan yatim-piatu, ternyata ditentang oleh Haji Muhidin. Dan juga, problem Mahmud menghadapi istrinya, Atikah, yang gila harta.

Lantaran kuatnya cerita, dan para karakter dalam sinetron yang sudah melekat di benak pemirsa, Uci Supra merasa yakin sinetron Tukang Bubur Naik Haji akan bisa mencapai target hingga penayangan 1.200 episode. Itu berarti mengalahkan rekor Cinta Fitri yang mencapai 1.002 episode. Juga mengalahkan sinetron popular lain yang pernah ditayangkan RCTI, yaitu Putri Yang Ditukar (676 episode), dan Anugerah (473 episode). "Sepanjang manusia dalam hidupnya mempunyai problem, sinetron Tukang Bubur Naik Haji tidak akan kehabisan ide," tambah Uci Supra.

Uniknya sinetron Tukang Bubur Naik Haji, semua karakter bisa menjadi pemeran utama

Secara bergiliran. Ketika Haji Sulam mundur, posisinya bisa digantikan oleh Haji Muhidin yang ternyata juga digemari penonton.

"Di sinetron ini tidak ada yang bisa dibilang sebagai tokoh utama. Karena, pernah Haji Muhidin tidak tampil selama tiga episode, ternyata ratingnya tetap. Artinya, tanpa Haji Muhidin, pemirsa tetap menyukai sinetron Tukang Bubur Naik Haji," tandas Uci.

 

(C&R, Edisi 801, 1-7 Januari 2014)