10 Tahun Sinemart : Menyelaraskan keinginan pemilik stasiun dan pemirsa secara elegant

 

TANPA terasa, Sinemart telah berusia 10 tahun. Dalam usianya yang masih muda itu, ru-mah produksi (produc­tion house) yang dididirikan oleh Leo Sutanto pada tanggal 17 Januari 2003 (setelah hengkang dari Prima Entertainment), berkembang menjadi besar dan masuk dalam 5 besar PH yang ada di negeri ini. Sampai kini, sudah ratusan judul sinetron dengan ribuan jam tayang, telah dihasilkan. Begitu juga di dunia layar lebar, beberapa judul pernah diproduksi. Di antaranya ; Jomblo, Mendadak Dangdut, Ketika Cinta Bertas-bih, Ketika Cinta Bertasbih 2, 9 Naga dan Tendangan dari Langit.

Keberhasilan ini, tidak lepas dari kepiawaian Leo dalam menghimpun berbagai potensi yang ada. Dengan sutradara - yang muda dan lama — dia bisa bergaul dengan akrab, dengan para bintang - yang tengah bersinar maupun yang telah redup - dirangkulnya seperti layaknya seorang kawan. Begitu juga dengan penulis scenario - baik yang masih baru maupun yang sudah berpengalaman - dihimpunnya untuk diberi motivasi bagaimana layaknya membuat sebuah scenario agar alur cerita yang disenangi pemirsa.

Selain itu, Leo sangat jeli dalam memilih cerita yang datang ke mejanya. Ketika dia menyetujui cerita itu, tidak ada kata lain dari para stafnya - penulis scenario dan sutradara --, untuk segera merealisasikannya. Sebagai penyedia materi sinetron di grup MNC, Leo tidak ingin lengah. Karena PH lain, di stasiun lainpun berusaha untuk saling mengungguli.

Dengan gaya kepemimpinan sep­erti itu, proses produksi PH-nya berjalan lancar. Bukan cuma itu, sinergi dari kekuatan-kekuatan yang ada itu, telah melahirkan sinetron-sinetron yang digemari pemirsa dan fenomenal. Di antara yang fenomenal itu tercatat ; Putri Yang Ditukar mencapai 700 epi­sode dan meraih Piala Panasonic Gobel Award 2011 dan 2012. Setelah sebel-umnya di ajang yang sama Kisah Sedih di Hah Minggu menang di Panasonic Awards 2004, sedang - Candy meng-gaet Piala Panasonic Awards 2007. Se-mentara Cinta dan Anugerah diproduk­si sampai 450 episode. Sedang Cahaya, Nikita, Safa dan Marwah, Pintu Hidayah, juga mencapai ratusan episode.

Kini, yang tengah berjaya dan adalah Tukang Bubur Naik Haji The Series yang sampai ini telah mencapai 500 episode. Sementara Yang Muda Yang Bercinta, Berkah, dan Cinta 7 Susun, sekarang ini tengah bertengger di 5 Be­sar sinetron Indonesia yang digemari pemirsanya. Satu prestasi yang berkesinambungan.

Kumpulan orang jempolan

Apa kunci keberhasilan Sinemart? Kuncinya cuma satu, Sumber Daya Manusia (SDM). Rekam jejak Leo Sutanto - meski bukan sebagai produser - tapi keberadaannya di PT. Suptan Film yang memproduksi film Badai Pasti Berlalu (1977, garapan Teguh Karya)( Piala Antemas Festival Film Indonesia 1979 se­bagai film terlaris 1978-1979 dan film terlaris kedua di Jakarta dengan jumlah penonton 212.551 orang), Perkawinan Dalam Semusim (1976, garapan Teguh Karya), memberikannya pengalaman berharga bagi dirinya, bahwa masalah SDM adalah kunci kalau ingin berhasil dalam memproduksi sebuah film atau sinetron.

Maka mulailah direktrut bintang dari segala strata. Dari yang muda sampai yang old-crack. Untuk keperluan membinangi sinetron maupun layar lebar. Kalau yang muda pastilah memiliki wajah cantik, seperti: Asmirandah, Alyssa Soebandono, Nikita Willy, Marshanda, Arumi Bachsin, Irish Bella, Kimberly Ryder, Raya Kohandi, Citra Kirana, Pevita Pearce, Yasmine Wildbold, Velove Vexia, Aurelle Moremans, Putri Titian, Kirana Larasati, Agnes Monica, Girlband 7 Icon. Yang ganteng ada : Dude Herlino, Andi Arsyil Rahman, BaimWong, Christian Sugiono, Giorgi-no Abraham, Kevin Julio, Samuel Rizal, Samuel Zylgwyn, Di-mas Seto, Joshua Suherman, Boy Hamzah, Reza Rahadian, Teddy Syach. Sedang yang old-crack, adalah yang bintang sudah tidak diragukan lagi kemampuannya dalam berak-ting. Mereka antara lain : El Manik, Anwar Fuadi, Agust Mel-azs, Drg. Fadly, Roy Marten, Gunawan, Teuku Ryan, Anjas-mara, Ari Wibowo, Donny Damara, Atalarik Syah, Dwi Yan, Rico Tampaty, Adipura, Ray Sahetapi, Eeng Saptahadi, Hj. Nani Wijaya, Mieke Wijaya, Rina Hassim, Meriam Bellina, Dina Lorenza, Marini Zumarnis, Cut Keke, Minati Atmanagera, Moudy Wilhelmina, Niniek L. Karim, Jihan Fahira, Cut Memey, Widyawati, Dessy Ratnasari, Alice Norin.

Kompilasi itulah yang kini dimiliki oleh Sinemart. Maka jangan heran, bila tayangan-tayangan produksi Sinemart mendapat respons yang baik dari pemirsa. Karena para pemirsa bisa menikmati wajah cantik dan ganteng, dengan diimbangi pemain old-crack yang memberikan kekuatan tersendiri dari produksi-produksi Sinemart itu.

Selain itu, para sutradara jempolan pun pernah dan se­dang berkumpul di sana. Apakah itu untuk menggarap si­netron maupun film layar lebar. Ada Desiana Larasati, Gita Asmara, Ahmad Yusuf, Sanjeev Kumar, Maruli Ara, Chaerul Umam, Agusti Tanjung, Ucik Supra, Umam AP, Erlanda Gunawan, Hanung Bramantyo, Rudy Soedjarwo, Hanny R. Saputra, Rako Prijanto, Monty Tiwa, Nayato Fio Nuala,

Tidak cukup dengan modal SDM yang lengkap itu, Leo yang gemar membaca novel dan memburu cerita yang bagus. Karena menurutnya, dengan cerita yang bagus, ke-mungkinan menghasilkan tayangan yang bagus ada ditangan. Dan satu hal lagi - yang mungkin tidak dimiliki oleh produser lain, adalah perhatiannya pada kondisi kesehatan para karyawan di lapangan, begitu intens. Maka tidak her­an, bila ditempat syuting, perusahaan menyediakan sarana dokter/petugas medis untuk mengawasi agar kebugaran para pendukung produksi Sinemart, tetap terjaga.

 

(Bintang Film, Edisi 20, April 2013)