Putri Bidadari, Tayangan Variatif dengan Teknologi Tinggi

Melongok proses penggunaan Green-Screen untuk proses terbangnya Bidadari, di sinetron Putri Bidadari, memang memberikan kenikmatan tersendiri. Walau itu dilakukan sampai larut malam.

Sama seperti melongok syuting sinetron stripping, saat menengok syuting Putri Bidadari terasa suasana yang hiruk pikuk. Di skenario disebutkan : dalam upaya menyelamatkan Putri dari tangan penculik, Polisi tidak bisa menghindar dari kecelakaan. Mobil polisi yang ditumpangi Putri mengalami kecelakaan. Sutradara Dody Jebot menggambarkan adegan tersebut dengan munculnya sebuah sedan terguling masuk jurang. Lantas, siapa yang menyediakan property agar adegan itu seperti kenyataan yang ada, tidak terasa itu merupakan trick atau "tipuan"? Disinilah peran Art Director muncul. Untuk Putri Bidadari ini adalah Murtono yang memimpin kru artistik, mewujudkan adegan itu sesuai dengan keinginan sutradara.

"Saya menyediakan dua buah mobil, satu mobil yang masih bagus, dan satunya lagi sengaja yang bisa digulingkan", Murtono mulai bercerita tentang property.

Keduanya adalah Mobil BMW seri 5, dengan warna dan model yang sama. Murtono beserta crew-nya menyiapkan satu mobil dengan posisi yang diinginkan sutradara. Mobil inilah yang menurut cerita, nantinya akan berguling-guling masuk ke jurang. Kaca depan hancur, Polisi dengan muka berdarah, terpental keluar mobil. Puteri, ikut terpental sambil memeluk Pak Polisi..

Namun adegan itu belum sempurna, terpaksa harus diulang. Tapi ternyata, adegan itu telah membuat Qheyla Valenlo kelelahan, sehingga adegan berikutnya di kamar mandi terpaksa ditunda karena Qheyla Velenlo yang berperan sebagai Putri, tak berkenan meneruskan syuting. Maklum, saat itu telah menunjukkan waktu pukul 24.00 WIB. Hal yang wajar, bila kelelahan menghinggapi   • Qheyla Valenlo, karena usianya yang masih kecil. Di sinilah diperlukan kesabaran, agar adegan yang diinginkan itu tetap ada, tapi si pemeran tetap enjoy. Untuk itu kerjasama semua pihak - kru dan bintang - harus tetap terjalin dengan baik. Dan ini yang terus dipupuk, sehingga ketika BintangFilm melongok syutingnya di studio Persari di bilangan Ciganjur, proses syuting berjalan lancar. Cara jumping - meloncat dari adegan satu ke adegan lain - memang terpaksa harus dilakukan, bila ada hal-hal yang tidak bisa dipaksakan. Sepertinya soal kelelahan itu tadi.

Variatif

Kalau melihat tayangan Putri Bidadari, selain berbagai trick, juga proses penyegaran adegan lewat adegan terbang - baik dilakukan oleh Putri maupun Bibadari - dihadirkan secara apik. Proses penggunaan Green-Screen (dahulu dipakai istilah Blue Screem) digunakan agar proses terbangmya mulus.

Green - screen, adalah latar belakang berwarna hijau. Tehnik ini sama saja penggunaannya dengan blue-screen, untuk menghilangkan latar belakang.

Mengenai istilah ini, Murtono menyebutnya sebagai penggunaan yang sama saja, bukan cuma blue atapun green, warna lain pun bisa, mengingat perkembangan perfilman saat ini.

BintangFilm berkenan melihat adegan dengan penggunaan Green Screen itu. Saat itu, Sandra Dewi yang berperan sebagai Bidadari yang akan terbang bersama Putri, dimana Putri akan naik permadani dengan melayang-layang di udara. Pengerjaannya diperlukan ketelitian yang tinggi. Meski secara teknologi sudah tinggi, tapi kerjasama antara Artistik, D.O.P. (Director Of Photography) dan sutradara harus jalan seiring. Sehingga gambar yang muncul benar-benar apik, tanpa terasa bahwa itu lahir dari proses tipuan dengan teknik Green Screen itu.

Barangkali, ini menjadikan tarik tersendiri dari sinetron Putri Bidadari (SinemArt) yang tayang di RCTI mendapat tempat di hati para pemirsa, sehingga menempati posisi rating yang bagus.*

(BINTANG FILM. Edisi 014, II September 2012)