Kerja Cepat dan Cerdas ala Tukang Bubur Naik Haji The Series

Tukang Bubur Naik Haji The Series telah tayang lebih dari dari 1.000 episode. Sejak ditayangkan perdana di RCTI tanggal 28 Mei 2012, sinetron ini telah menjadi tontonan nomor satu di Indonesia. Banyak cerita yang bisa diangkat di balik proses kreatifitas lahirnya setiap episode drama seri ini. Salah satunya soal runner dan mogoy. Apa itu?

Set dua kediaman Haji Muhidin, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, sudah ramai oleh kegiatan para kru dan pemain Tukang Bubur Naik Haji The Series, Jumat (31/1) siang itu. Di kalender, hari itu terhitung tanggal merah, yakni Tahun Baru Imlek 2565. Tapi, bagi 'keluarga besar' Tukang Bubur Naik Haji The Series, tidak ada kata libur demi menyuguhkan cerita segar setiap malam ke ruang pemirsa RCTI.

Mumpung cuaca Jakarta lumayan cerah meski matahari agak malu-malu mengintip di balik awan putih, Depy Herlambang, co-director, menyegerakan memulai syuting. Waktu menunjukkan puku 14.00 WIB, ketika adegan kedatangan Mang Ojo (Salim Bungsu) ke rumah Haji Muhidin (Latief Sitepu) diambil. "Action..I," teriak Depy.

Mang Ojo bermaksud memberikan surat undangan selamatan rumah baru Haji Abdul Gofar (M.Cholidi Asadil Alam) kepada keluarga Haji Muhidin. Adegan tersebut harus tayang Jumat malam itu juga, bertepatan dengan episode ke-1060. "Alhamdulillah kami sudah biasa kerja cepat seperti ini," kata Depy di sela-sela break syuting.

Cara kerja sinetron kejar tayang seperti sinetron stripping produksi SinemArt Productions ini memang berbeda daripada proses penggarapan film layar lebar. Ibaratnya, hari ini syuting, maka hari itu pula sinetron akan disiarkan ke penonton.

Bahkan, skenario yang ditulis oleh Imam Tantowi untuk syuting hari itu pun baru mereka terima saat itu juga. Namun, kondisi seperti itu sudah biasa dan tak menjadi kendala bagi Depy dan kawan-kawan di tim dua. Demikian juga dengan tim-tim yang lain.

"Ya gampang aja, SinemArt sendiri kan sudah punya sistem. Jadi kami dibagi tiga tim. Tim satu pegang di set rumah Emak (Nani Wijaya), tim dua di rumah Muhidin dan tim tiga di lokasi kantor, kafe dan rumah pemain lainnya. Biasanya kami mengerjakan scene yang mau tayang dulu di televisi," kata Depy.

Runner dan mogoy

Malam mulai merambat Jumat itu. Proses pengambilan gambar di Cibubur sudah rampung. Lalu proses editing pun dimulai. Pengerjaan editing dilakukan di kantor SinemArt yang berada di kawasan Kedoya, Jakarta Barat. Di sinilah, seorang runner (kurir) beraksi. Di setiap tim ada tiga runner yang siap mengantarkan kaset untuk diproses oleh editor. Dalam sehari, runner bisa bolak-balik sebanyak lima kali untuk mengantar kaset rekaman adegan. "Sistem kerja kami masih manual belum digital," kata Depy.

Dituntut untuk kerja cepat membuat Depy dan semua kru harus berpikir kreatif dan efisien. Terutama saat pengambilan gambar. Contohnya untuk scene yang dilakukan hari itu yang menceritakan Robby (Andi Arsyil Rahman) dan Rumana (Citra Kirana) yang hendak bepergian ke Bandung.

Di layar televisi, pemirsa akan melihat Robby mengendarai mobil di tol menuju Bandung. Namun, peng-ambilan gambar cukup dilakukan di halaman rumah Muhidin saja. Kok bisa? "Itu namanya  teknik mogoy atau mobil goyang," kata Depy terkekeh. Harap maklum, atas nama kreatifitas dan efisiensi pula, ada cerita di balik pengambilan gambar itu. Siapa sangka, setiap pemeran yang diceritakan menyetir mobil sebenarnya hanya duduk di mobil yang tak jalan ke mana-mana. "Mereka diam aja. Itu salah satu siasat kerja stripping gitu. Enggak perlu kita ke jalan raya dengan kamera karena membutuhkan waktu yang lama. Nah, nanti dikasih efek sama editornya," jelas Depy.

Long weekend

Seluruh kru dan pemain Tukang Bubur Naik Haji The Series harus bekerja setiap hari. Mereka tak mengenal hari libur ataupun tanggal merah lantaran sinetron ini tayang setiap hari. Tak hanya sejam, Tukang Bubur Naik Haji The Series harus tayang tiga jam setiap harinya kecuali hari Jumat yang tayang satu setengah jam. Termasuk jika ada tayangan spesial hari libur yang diberlakukan RCTI. Itupun sangat jarang terjadi.

Lalu bagaimana director dan co-director menjaga semangat para pemain agar terlihat stabil berakting di layar kaca? Bagi Depy itu mudah saja. la cukup mengatakan, bagus dan jeleknya akting seorang bintang sinetron langsung dinilai oleh pemirsa. Jika bagus mereka akan mendapat pujian, begitupula sebaliknya. Mereka yang akan menerima dampaknya.

Namun Depy bersyukur karena semua pemain bisa bekerja secara profesional.

"Ini kan istilahnya peran. Misalnya kalau pemain memberikan sisa-sisa waktunya untuk karakter yang ia mainkan, maka ia tidak bisa menghidupkan karakter itu secara maksimal. Ya kita profesional saja," kata Depy.

Dan, teori Depy terbukti benar adanya. Dua tahun lebih menyapa pemirsa RCTI, Tukang Bubur Naik Haji The Series meraih prestasi membanggakan, yaitu menjadi Drama Seri Terfavorit di Panasonic Gobel Awards 2013. Para pemain sinetron ini menjadi idola masyarakat. Rating dan audience share sinetron ini menurut lembaga survei AGB Nielsen nomor satu.

Andi Arsyil, salah satu pemeran utama sinetron ini mengaku menjalani pekerjaannya dengan senang hati, walaupun jarang memiliki hari libur karena sibuk syuting kerja tayang. "Liburan long weekend seperti hari ini (Imlek) jarang banget. Ya enggak apa-apa semua dijalani saja dengan enjoy," kata Arsyil, yang melejit lewat peran Furqon dalam film Ketika Cinta Bertasbih, produksi SinemArt Pictures ini.

Kesuksesan sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series tak hanya dari alur ceritanya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat. Tapi didukung pula oleh orang-orang yang cinta pada pekerjaannya. "Kalau mencintai pekerjaan kita pasti ada hasilnya. Apalagi tujuannya supaya sinetron bisa menjadi sesuatu yang baik untuk orang lain. Mem­buat orang lain senang," kata Depy

 

(C&R, Edisi 806, 5-11 Februari 2014)