Tukang Bubur Naik Haji : Sinetron Terpanjang di Tanah Air

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series (TBNH) telah memasuki episode ke-IOOO pada Desember 2013 lalu. Sebuah pencapaian yang fantastis, yang sebelumnya hanya bisa dicapai sinetron Cinta Fitri. Fantastisnya lagi, sinetron ini hanya bertahan di satu stasiun televisi hingga episode ke-1000.

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji (TBNH) langsung menjadi sinetron pilihan penyuka sinetron sejak tayang perdana di RCTI pada 28 Mei 2012. Sinetron ini dianggap sebagai sebuah gambaran yang jelas dari apa yang terjadi sehari-hari di dalam masyarakat. Tokoh yang baik diwakili oleh Bang Sulam yang diperankan oleh Mat Solar. Dan tokoh antagonis oleh Haji Muhidin yang sangat baik diperankan oleh Latief Sitepu.

Bang Sulam dan Haji Muhidin tak pernah bisa akur. Selalu saja muncul konflik ketika kedua tokoh ini bertemu. Ada-ada saja kelakuan Haji Muhidin. Kata-katanya sangat menusuk. Air mukanya sangat tidak bersahabat. Dan Bang Sulam hanya bisa mengelus dada. Sabar.

Kesabaran hati Bang Sulam di hadapan kekakuan hati Haji Muhidin adalah daya tarik kuat dari sinetron yang diproduksi oleh SinemArt ini. Dan memang harus diakui bahwa banyak orang menunggu sinetron ini karena alasan itu. Mereka ingin tahu bagaimana lagi sikap Bang Sulam ketika menghadapi "keberingasan" Haji Muhidin.

Kepergian Mat Solar sempat membuat masyarakat pesimis bahwa sinetron yang disutradarai oleh H. Ucik Supra ini akan bertahan lama. Mereka justru yakin bahwa kalau tidak ada lagi Mat Solar, sinetron ini kehilangan giginya. Siapa lagi yang bakal "menahan" kelakuan Haji Muhidin kalau bukan Bang Sulam? Kalau Bang Sulam sudah tidak ada lagi, Haji Muhidin masih tetap "galak"? Ingat, Sabarnya Bang Sulam di hadapan kerasnya Haji Muhidin membuat sinetron ini berhasil menggeser posisi sinetron lain sebagai yang terbaik dalam list AC Nielsen.

Ternyata mereka salah. Kepergian Mat Solar tak membuat rating sinetron yang diproduseri Leo Sutanto ini melorot. Sampai saat ini, sinetron ini masih menjadi yang terbaik. Tengok saja bagaimana kerja keras tim membuat sinetron ini perlahan naik dalam daftar sinetron dengan episode terbanyak. Pada tanggal 27 Februari 2013, sinetron ini berhasil melewati sinetron Anugerah dengan 473 episode. Pada tanggal 29 April 2013, sinetron yang juga dibintangi Citra Kirana dan Andi Arsyil Rahman ini mengalahkan sinetron Islam KTP dengan 558 episode. Lalu pada 25 Juni 2013, TBNH mengalahkan sinetron Putriyang Ditukar dengan 676 episode.

Hingga awal Desember 2013, TBNH berada di urutan ke-2 sinetron terpanjang di Indonesia. Yang masih menjadi yang pertama adalah Cinta Fitri yang tayang selama 7 musim. Sinetron yang diproduksi oleh MD Entertainment itu tayang sebanyak 1007 episode di dua stasiun televisi (SCTV dan Indosiar).

Rekor yang dipegang oleh Cinta Fitri itu bakal pecah dalam hitungan hari. Betapa tidak, hingga 29 Desember 2013 lalu, seperti yang dilansir wikipedia, TBNH sudah tayang sebanyak 1006 episode hanya dalam 1 musim penayangan. Ini jelas sebuah pencapaian fantastis. Dan jika itu terjadi, pencapaian ini akan dicatat dalam MURI (Museum Rekor Indonesia) sebagai sinetron terpanjang yang pernah ada di tanah air. "Cinta Fitri itu sampai 1007 episode, tapi dibuat dalam beberapa seri. Sementara sinetron ini hanya satu seri saja. Jadi, setelah melewati angka 1007, rencananya penghargaan sebagai sinetron dengan episode terbanyak akan diberikan oleh MURI," kata Danie Sapawie, Produser Pelaksana Sinetron TBNH di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (24/12/2013) lalu. Kisah Nyata. Banyaknya jumlah episode menjadi bukti paling jelas dari sangat disukainya sinetron ini oleh masyarakat. Logikanya sederhana saja. Kalau disukai, napasnya panjang. Kalau tidak, pasti pendek. Ingat, sejarah sinema elektronik tanah air mencatat bahwa pernah ada sinetron yang hanya tayang sebanyak 5 episode. Sinetron itu adalah Layla Majnun yang tayang di Indosiar.

Ada banyak hal yang membuat sinetron TBNH ini masih menjadi pilihan pemirsa hingga kini. Apa yang ditampilkan dalam sinetron ini adalah apa yang selalu terjadi setiap hari. Dengan demikian, menonton sinetron ini tak ubahnya menonton peristiwa hidup sendiri. Mengutuk karakter Haji Muhidin tak ubahnya mengutuk karakter diri sendiri. Dan menertawakan kekonyolan Haji Muhidin seperti menertawakan kepongahan diri sendiri. Sinetron ini adalah sebuah cermin dari apa yang sudah dan sedang terjadi.

Ide awal cerita ini dicetuskan oleh Ustadz Yusuf Mansur. Dan cerita ini berangkat dari kisah nyata yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah.

Di balik fenomenalnya sinetron Tukang Bubur Naik Haji, ada satu nama yang patut dipuji. Dia adalah Imam Tantowi, penulis cerita Tukang Bubur Naik Haji. Ide awal cerita sinetron ini dicetuskan Ustad Yusuf Mansur. Cerita ini diambil dari kisah nyata yang terjadi di Semarang, Jawa Tengah.

Ceritanya, ada seorang anak ingin mewujudkan mimpi ibunya untuk menunaikan ibadah haji. Hanya saja, mimpi itu seperti mustahil terwujud karena dia hanyalah seorang tukang bubur keliling. Namun, anak itu tak pernah putus asa. Sedikit demi sedikit, ia menyisakan uang untuk ditabungkan.

Siapa sangka, cemoohan dari para tetangganya bahwa keluarganya takkan mampu naik haji justru berbalik. Anak itu memenangi undian sebuah mobil mewah dari bank tempat dia menabung. Bila diuangkan, hadiah yang didapatnya sanggup rnembawa tetangganya ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.

Dari kisah itu, muncul ide untuk mengangkatnya ke dalam sinetron. Saatitu, Ustadz Yusuf bekerja sama dengan SinemArt. Imam Tantowi dipercaya sebagai penulis cerita. "Muhidin adalah tokoh rekaan saya. Dia ditampilkan untuk lebih membangkitkan semangat dari tukang bubur ini. Begitu juga dengan Mang Ojo yang dikenal usil luar biasa," kata Imam Tantowi kepada GENIE pada Februari 2013 lalu.

Sosok H. Muhidin sengaja ia tampilkan sebagai bentuk permenungan diri dari manusia itu sendiri. Secara tidak sadar, katanya, manusia memiliki sifat seperti itu. Rasa benci, iri, sombong, dengki, suka pamer, munafik, dan penuh kepalsuan. "Muhidin itu adalah kita. Watak benci, iri, yang ada di dalam diri manusia. Karena dia tokoh karikatural, sifat-sifat buruk itu disampaikan dan diucapkan," terangnya. Lantaran Haji Muhidin merupakan tokoh karikatural, Imam meminta kepada masyarakat agar tokoh Haji Muhidin tidak dianggap benar-benar ada. Sosok Haji Muhidin dibuat hanya untuk mengkritik. "Tokoh Muhidin jangan ditafsirkan sebagai tokoh riil. Itu hanya tokoh karikatural yang saya gunakan unfuk mengkritik. Mengktirik watak manusia," katanya.

1000 untuk 1000. Karakter Haji Muhidin memang sangat tidak disukai orang. Sangat dibenci orang. Tapi, harus diakui, sinetron ini menjadi menarik karena karakter antagonis yang diperankan dengan sangat baik oleh Latief Sitepu itu.

Setiap hari, orang seperti ditantang untuk menebak-nebak apa lagi yang akan dihadirkan Haji Muhidin. Orang seperti ingin tahu sifat dan bagaimana lagi air muka Haji Muhidin di depan kamera. Dan keingintahuan itu membuat napas sinetron ini memanjang hingga melebih 1000 episode. "Sinetron ini, kan, bercerita tentang potret kehidupan masyarakat, dimana masalah itu akan selalu ada. Makanya cerita di sinetron ini mengalir terus sampai ke angka 1000. Mudah-mudahan bisa sampai episode selanjutnya dan tetap disukai penonton," sambung Danie.

Salah satu cara yang digunakan SinemArt untuk memperpanjang napas sinetron ini adalah menghadirkan pemain baru. Pemain baru ini membawa konflik baru. Dengan demikian, hadirnya konflik baru membuat jalannya cerita dalam sebuah episode menjadi panjang. "Kalau permainnya itu-itu saja biasanya akan berkutat di konflik yang sama, makanya kita hadirkan banyak pemain baru," terangnya.

Menariknya, kegiatan syuting sinetron ini tidak berlangsung sampai subuh. Semua kegiatan berakhir pukul 12 malam. "Kalau di sinetron Tukang Bubur Naik Haji, kita mulai syuting itu jam 10 pagi dan maksimal sampai jam 12 malam," imbuhnya.

Supaya produksi sinetron ini tetap berjalan lancar, pihak SinemArt memberikan waktu libur kepada para pemain. Biasanya hari Sabtu dan Minggu. "Untuk hari Minggunya kita libur. Kalau materinya banyak, Sabtu juga libur, sehingga para pemain masih bisa menikmati hari liburnya bersama keluarga. Berbeda sekali dengan produksi sinetron lain yang biasa syuting sampai subuh. Karena logikanya secara kesehatan, kalau syuting selalu dilakukan hingga subuh, akan mengganggu kesehatan pemain dan kru," jelasnya.

Kesegaran pemain dan kehadiran pemain baru serta konflik baru membuat sinetron ini bertahan lama di layar kaca. Sinetron ini masih dinanti sekalipun banyak stasiun televisi lain menayangkan acara pada jam prime time.

Sebagai bentuk syukur atas dicapainya 1000 episode, pihak SinemArt menggelar acara syukuran dan meet and greet dengan para pemain di Taman Bunga Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur. Di sini, 1000 penggemar sinetron ini bisa bertemu dengan para pemain sambil menikmati 1000 mangkuk bubur yang sudah disiapkan. "Kita bersyukur sekali karena di episode yang ke-1000, sinetron Tukang Bubur Naik Haji masih disukai pentonton. Untuk acara hari ini, kita juga menyiapkan 1000 mangkuk bubur untuk menandai 1000 episode sinetron ini," katanya.

 

(GENIE, Edisi 19, 3-9 Januari 2014)