Latief Sitepu : Dipanggil Pak Kiai

Dalam adegan sinetron Tukang Bubur Naik Haji, belakangan Haji Muhidin selalu memakai jubah dan serban. Tak disangka, Latief Sitepu, pemeran Haji Muhidin, kini dipanggil Pak Kiai, saat berada di tempat umum. Bagaimana bisa?

Sudah dua bulan ini Haji Muhidin di sinetron Tukang Bubur Naik Haji setiap muncul selalu mengenakan jubah dan serban. Cerita berawal saat Haji Muhidin berubah sikapnya menjadi baik pada Kardun (Eddy Oglek). Kardun kemudian menyarankan agar Haji Muhidin mengenakan jubah dan serban. Kardun menilai Haji Muhidin pantas dibilang sesepuh Kampung Dukuh. Padahal Kardun sengaja mengangkat-ngangkat' perasaan Haji Muhidin supaya mendapat uang.

Untuk mengambil Haiti Haji Muhidin, Kardun sempat pula membuat gerakan agar nama Haji Muhidin dijadikan sebagai nama jalan di Kampung Dukuh. Kardun memasang papan nama 'Jalan Haji Muhidin' di Kampung Dukuh. Tapi upaya Kardun ini rupanya ditentang oleh warga. Apalagi Haji Muhidin masih hidup. Biasanya nama seseorang diabadikan sebagai nama sebuah jalan, bila tokoh yang bersangkutan sudah meninggal dunia. Tak cukup di situ, Kardun juga sempat melakukan gerakan menempelkan foto Haji Muhidin berjubah dan berserban di dalam masjid Ash Shobirin. Lengkap pula dengan keterangan foto 'Sesepuh Kampung Dukuh'. Ternyata jemaah masjid bukan saja marah pada Kardun, tetapi juga pada Haji Muhidin yang diduga menjadi otak gerakan menempel foto itu di dalam masjid.

"Padahal di dalam masjid kan tidak boleh ada foto. Tetapi kalau kaligrafi boleh," ujar Latief Sitepu yang berperan sebagai Haji Muhidin saat dijumpai di lokasi syuting Tukang Bubur Naik Haji the Series, di Cibubur. Jakarta Timur, Rabu (24/2).

Gara-gara biasa memakai jubah dan serban di sinetron. Latief terkena imbasnya. Kini, setiap ia pergi ke mal, penggemamya selalu memanggil dirinya dengan sebutan "Pak Kiai". Tentu saja ini jadi beban tersendiri buat Latief. "Enggak tahu kenapa, sekarang tiap ke mal, penggemar panggil-panggil saya dengan sebutan Pak Kiai. hahaha," ujar Latief Sitepu terbahak.

Demikian pula ketika Latief menghadiri acara silaturahmi keluarga Sriwijaya di Jakarta. Para tamu banyak yang menyebutnya Pak Kiai. Bukan hanya warga Jakarta yang kini memanggil dengan sebutan Pak Kiai, tetapi juga warga di daerah. Bulan Januari lalu, kata Latief, ia menjenguk saudaranya yang sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Padang, Sumatera Barat.

"Eh, dokter dan perawat banyak yang minta foto bareng dengan saya. Mereka juga panggil saya dengan sebutan Pak Kiai, hahaha," ungkap Latief Sitepu.

Sebagai orang yang mengerti agama, Latief mengaku justru keberatan dengan panggilan kiai. Di matanya, kiai itu merupakan seorang mubalig lulusan pondok pesantren, yang sudah benar-benar menjalankan ibadah agama. Secara terus terang, Latief Sitepu juga merasa waswas dengan adegannya mengenakan jubah. Karena perilaku Haji Muhidin bertolak belakang dengan gaya pakaian jubahnya.

"Biarpun mengenakan jubah, perilaku Haji Muhidin kan masih suka iri pada orang lain. Dia tidak senang jika ada orang lain lebih hebat dari dirinya. Memang sih ini untuk mendidik masyarakat, biar berkaca diri terhadap Haji Muhidin. Masyarakat itu kesal jika ada orang seperti Haji Muhidin. Dia tahu agama, tetapi perilakunya kontroversial." ungkap Latief Sitepu.

Saat ini, jika pergi ke mal Latief Sitepu selalu menutupi wajahnya. la khawatir ada pemirsa yang kesal dengan perilaku Haji Muhidin, kemudian memukulnya. "Pribadi saya dengan pribadi Haji Muhidin sangat berbeda kok," katanya. BudiG

 

 (Cek & Ricek, Edisi 914, 2-8 Maret 2016)