Susah-Susah Gampang Haji Muhidin

Tukang Bubur Naik Haji The Series bukan hanya berprestasi karena bertahan dan diproduksi lebih dari 1.000 episode. Sinetron produksi SinemArt ini bukan hanya digandrungi pemirsa di Indonesia, tetapi juga di Singapura dan Malaysia, bahkan di Australia. Rata-rata pendapat mereka sama, yakni cerita dalam sinetron ini layak ditonton oleh semua usia dan kalangan. Setidaknya ini yang diungkapkan oleh Latief Sitepu, aktoryang memerankan tokoh antagonis, H. Muhidin.

Latief Sitepu pemeran Haji Muhidin dalam sinetron ini merasa setelah lebih dari 1.000 episode memainkan karakter sosok pria yang menyebalkan itu, sosok haji Muhidin seperti mendarah daging. Akan tetapi, Latief Sitepu bukan berarti sama dengan Haji Muhidin ya, jauh banget hahaha," katanya saat ditemui di lokasi syuting di kawasan Cibubur, Jakarta Timur, Rabu (19/3).

Bukan hanya akting artis yang menjadikan cerita dalam sinetron ini menjadi menarik. "Unsurnya cukup banyak dan berkaitan. Nah di sinetron ini bukan saja pas dalam pemilihan pemain tetapi juga memang kisah dalam sinetron yang menarik. Kami tahu bahwa penulis naskah sinetron ini Pak Imam Tantowi, sangat ahli di bidangnya," katanya.

Latief bersyukur aktingnya sebagai Haji Muhidin disukai sekaligus dibenci pemirsa. "Bisa dibilang tokoh ini susah-susah gampang untuk dimainkan. Risiko menjadi aktor begitu lah, tak mudah perankan tokoh antagonis yang dibenci tetapi disukai," katanya.

Sebagai aktor profesional yang sudah banyak berkecimpung di dunia seni peran sejak 1967, baru kali ini Latief mendapatkan porsi adegan cukup banyak. Bahkan artis-artis seusianya yang saat ini juga turut bermain dalam Tukang Bubur Naik Haji The Series, porsi adegannya belum tentu sebanyak Latief.

Bagi Latief, ada yang bernilai lebih dari sebuah materi yang didapatkan.

"Silaturahmi, kekeluargaan dengan semua pihak yang terlibat. Itulah sebuah nilai yang tak bisa dibeli oleh materi. Apalagi pemain berasal dari yang muda hingga senior. Alhamdulillah saya yang sudah tua ini bisa diajak, jadi juga berkah. Kalau yang lain kan yang bening-bening pemainnya, hehe," kata Latief.

Singapura- Malaysia

Latief pun senang bahwa kehadiran sinetron yang tayang setiap hari ini juga ditunggu oleh masyarakat di luar negeri. "Saya sendiri kaget lo, kok warga Singapura, Malaysia, bahkan WNI di Asutralia ternyata nonton dan senang dengan ceritanya. Mereka bilang, sinetron ini elok untuk dipandang, tak seperti film lain yang banyak adegan rangkul-rangkulan yang bukan muhrimnya. Tak elok itu untuk ditonton oleh anak-anak," kisahnya seraya menirukan dialek Melayu.

Akan tetapi, meski sukses perankan tokoh H. Muhidin, ada kegundahan dan ketakutan dalam dirinya ketika ia berjalan-jalan di tengah keramaian.

"Jujur saja saya ini tak bisa bebas ke mana-mana. Ada yang nyubit gemas segala, terus terang saja kurang nyaman. Saya harus dikawal sama anak-anak atau asisten kalau ke mana-mana, nana" paparnya.

Tak hanya itu, jadwal syuting yang disiapkan untuk sinetron stripping ini dirasakan oleh Latief sangat menyita waktu

luangnya. "Sudah menjadi konsekuensi sebagai pemain di sinetron ini. Jelas waktu dengan keluarga berkurang karena sibuk syuting, tetapi tidak jarang keluarga saya boyong ke lokasi syuting," katanya.

Pasca ditinggal mati istri, Hj. Maemunah (Shinta Muin), Haji Muhidin diceritakan merasa gundah hidup sendiri. Tak jarang ia sering mendatangi pusara sang istri dan berkeluh kesah apa yang ia alami kesehariannya. Kemudian datanglah Riyamah (Dina Lorenza), sahabat Romlah (Nova Soraya), yang membuat hati Haji Muhidin terpincut dan perlahan melupakan almarhumah istrinya.

Ternyata tak hanya Haji Muhidin yang jatuh cinta kepada Riyamah, Tulang Togu (Hamka DeVito Siregar) pun mencintainya. Hingga akhirnya mereka menikah, Haji Muhidin patah hati. Lama setelah itu Haji Muhidin bertemu dengan Hajah Rumi (Annisa Trihapsari), adik sahabat Haji Muhidin, Haji Abdul Rojak. Karakter. Hajah Rumi sangat bertolak belakang dengan almarhum istrinya. Hajah Rumi adalah seorang janda kaya raya, pengusaha restoran yang sukses, dan berpendidikan tinggi. nilah yang membuat alur cerita dalam sinetron ini menjadi lebih menarik. Karakter Hajah Rumi seolah sebagai pagar pembatas suaminya yang arogan, sombong, dan egois. "Nah awalnya saya sempat bertanya-tanya tuh, kira-kira tokoh ini seperti apa ya. Ternyata kehadiran Hajah Rumi justru menjadi menarik lantaran dia sebagai pagar pembatas bagi suaminya. Jadi sifat buruk H. Muhidin tidak lagi terlalu berlebihan seperti sebelumnya, jadinya klop deh," katanya.

Latief pun tak perlu banyak melakukan adaptasi dengan Annisa, lantaran mereka dan Sultan Djorghi, suami Annisa, sudah lama berteman.

"Dia artis yang profesional, jadi saya juga tidak merasa terlalu canggung berpasangan dengan Annisa," katanya.

 

 

(CEK & RICEK, Edisi 813, 26 Maret - 1 April 2014)