TBNH The Series : Mang Ojo Nikahkan Anak

Sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang sudah tayang selama empat tahun terus menceritakan tahap-tahap kehidupan yang dialami para tokohnya. Tokoh yang tadinya bujangan kini telah menikah. Tokoh yang punya anak kini memasuki tahap menikahkan. Inilah yang terjadi pada tokoh Mang Ojo yang diperankan oleh Salim Bungsu.

Tanpa terasa sinetron Tukang Bubur Naik Haji sudah tayang selama empat tahun, dan telah lebih dari 2.050 episode. Sinetron itu terus menceritakan proses kehidupan yang dialami oleh para tokohnya.

Pada pekan ini, giliran Mang Ojo (Salim Bungsu) menikahkan anaknya Hartati (Hanggini Purinda) dengan Sidik (Dafi Thoriq Hunaifi).

Pada epsode ini, penulis skenario Imam Tantowi bukan hanya menggambarkan proses kehidupan manusia, tetapi juga ada sisi dakwah, yaitu menikahkan anak sesegera mungkin jika usianya telah cukup.

"Hartati itu umurnya sudah tujuh belas tahun. Kebetulan ada yang ingin melamar. Karena Mang Ojo nilai, Sidik sudah mandiri dan serius untuk menikahi Hartati, sebagai orang tua, Mang Ojo pun merestui rencana Sidik untuk melamar Hartati," ujar Salim Bungsu yang berperan sebagai Mang Ojo saat dijumpai di lokasi syuting Tukang Bubur Naik Haji the Series di Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (9/8).

Pada episode ini juga digambarkan pernikahan tidak perlu melihat perbedaan status ekonomi. Keluarga Mang Ojo yang sangat sederhana dilamar oleh anak Hari Sukardi seorang pengusaha kapal sukses, yang kaya raya. Perbedaan tingkat ekonomi kedua keluarga itu benar-benar sangat jauh berbeda. Mang Ojo hanya seorang pelayan di warung bubur milik Emak.

Unsur lain yang ingin disampaikan, untuk menikah itu tidak perlu sampai harus kaya raya, baru berani menikah. Tetapi cukup bila sudah mempunyai pekerjaan yang bisa menghidupi keluarga. Hartati digambarkan masih berstatus sebagai mahasiswi, sedangkan Sidik digambarkan sebagai mahasiswa yang bekerja sebagai pengajar les. Mereka boleh dibilang, belum menjadi orang yang sukses.

Sejak Episode Pertama

Karakter Mang Ojo memang sudah muncul di sinetron Tukang Bubur Naik Haji sejak episode pertama. Digambarkan, Mang Ojo yang bekerja sebagai karyawan di warung bubur Emak atau Haji Sulam, kehidupan ekonominya pas-pasan. Rumahnya pun hanya berbahan bilik, bukan tembok bata. Tapi di sisi lain Mang Ojo mempunyai sifat sangat sabar, berjiwa besar, dan mempunyai semangat membantu orang lain.

Kemiskinan tidak menghalangi Mang Ojo untuk menyumbangkan waktu dan tenaga untuk aktif di Masjid Asshobirin di Kampung Dukuh. la juga gampang membantu tetangga yang membutuhkan tenaganya.

Karena kemiskinannya, Mang Ojo sering menjadi bulan-bulanan Haji Muhidin. Seperti keinginan Mang Ojo untuk menikahkan anaknya Hartati, dikomentari Haji Muhidin, Mang Ojo ingin menjual anaknya pada Hari Sukardi yang orang kaya.

"Walaupun dihina oleh Haji Muhidin, Mang Ojo tetap sabar. Dia tidak marah kepada Haji Muhidin," ujar Salim Bungsu.

Ketika jatuh sakit di beberapa episode lalu, Mang Ojo tetap berusaha melaksanakan tugasnya, yaitu azan di masjid. Tapi kebaikannya itu justru dicibir oleh Haji Muhidin.

"Mang Ojo dibilang mencari simpati orang, supaya mendapat uang sumbangan," kisah Salim Bungsu.

Sejak 1973

Berperan sebagai Mang Ojo memberikan hikmah tersendiri bagi Salim Bungsu. la jadi banyak belajar dari tokoh yang ia perankan. la berharap, dirinya bisa sesabar Mang Ojo."Mang Ojo itu sabarnya luar biasa," komentar Salim.

Salim Bungsu bukanlah orang baru di dunia akting. la sudah aktif di dunia teater sejak tahun 1973. Ketika itu Salim masih duduk di bangku SMP la tertarik melihat kegiatan Teater Bencah yang ada di dekat rumahnya saat itu di bilangan Petamburan, Jakarta Barat.

"Waktu SMP, saya melihat, kayaknya enak menjadi pemain sandiwara. Makanya saya masuk teater," ujar Salim.

Dalam perjalanannya berteater, Salim Bungsu juga bergabung dengan Teater Koma pimpinan Nano Riantiarno. Bersama teater itu ia sudah tampil di berbagai judul pertunjukan. Budi G

 

(Cek & Ricek, Edisi 938, 17-23 Agustus 2016)