Cut Meyriska : Terima Kasih Hello Kitty

Dalam sinetron Catalan Hati Seorang Istri (CHSI) banyak mata tertuju pada sosok Karin yang diperankan Cut Meyriska (21). Karakter perempuan jahat perusak rumah tangga orang lain, mampu dimainkannya dengan baik. Di luar perannya, la pun dihujat ba­nyak pemirsa yang gemas dengan aktingnya. Namun, siapa mengira di keluarga ia adalah gadis manis yang penurut.

Sebelumnya, akting dan paras tcantik perempuan yang akrab dipanggil Chika ini dapat dilihat dalam sinetron Arti Sahabat, Kepompong, dan Kutunggu Kau di Pasar Minggu. Bisa terlibat di CHSI seakan mengeluarkannya dari karakter gadis remaja. la pun mengaku senang meski harus banyak belajar.

Chika berkisah, di sinetron CHSI, awalnya peran Karin yang ia mainkan adalah perempuan biasa yang feminin dan pintar. la bekerja di kantor Bram (Ashraf Sinclair). Sering melakukan aktivitas bersama, Karin dan Bram pun saling jatuh cinta. Awalnya, Karin tidak tahu bahwa Bram sudah berkeluarga. Hingga ke-mudian ia mengandung anak buah perselingkuhannya, namun Bram malah lari dari tanggung jawab dan kembali ke istrinya, Hana (Dewi San­dra). Sejak itu, pergulatan emosi Ka­rin seakan tak terbendung. la pun menjelma menjadi sosok perempu­an yang berambisi menghancurkan rumah tangga Bram dan Hana.

"Bagaimana Karin tak kecewa? Lewat negosiasi, Hana hanya mau menerima anak Karin hasil hubungan gelapnya dengan Bram. Bram tak boleh menikahi Karin. Namun, Karin malah kehilangan anaknya karena keguguran," komentar Chika.

Banyak Dihujat

Ketika ditemui usai syuting CHSI di bilangan Tanjung Barat, Jakar­ta Selatan, Chika pun menceritakan sosok yang diperankannya yang lekat dengan sebutan Hello Kitty. Sosoknya bukanlah setipe dengan boneka lucu yang menggemaskan bagi perempuan seantero dunia tersebut, tetapi Karin justru tampil menyebalkan. Dalam CHSI, Karin kerap mengirim SMS mesra pada suami orang dengan memakai nama samaran Hello Kitty.

Bagi Chika, meski sosok Ka­rin tergambar sebagai perempuan yang jahat dan pemarah justru di situlah tantangannya. Chika mengaku ini kali pertama ia mendapatkan pe­ran tersebut. "Selama ini, saya mendapat peran protagonis, jadi orang baik-baik dan kebanyakan di sine­tron remaja. Kalau yang ini peran-nya agak psycho."

Berkat hal itu pula, Chika merasakan dampak positif dan negatif atas perannya. Bisa dibilang gara-gara Hello Kitty, namanya melambung di dunia seni peran. Positifnya, menurut Chika, di CHSI ba­nyak orang yang memberi apresiasi atas kerja kerasnya, "Saya bersyukur sekali, banyak orang jadi mengenali saya. Thanks to Hello Kitty!"

Namun sisi negatifnya, banyak pula yang menghujat dirinya, terutama di dunia maya. Publik terutama penonton setia CHSI tak segan melontarkan makian dan sindiran soal imej Hello Kitty yang melekat padanya. "Ada yang bilang, 'Oh, ini Si Hello Kitty, perusak rumah tangga orang itu?' Ada juga yang ngomong kasar agar saya mati."

Malah, lanjut Chika lagi, di dunia nyata pun belakangan ia menerima perlakuan serupa. Di komplek perumahan yang menjadi lokasi syuting CHSI, ia pernah dihampiri seorang Ibu. Ibu itu terlihat gemas dan mencubit Chika. Meski cubitannya tak seberapa sakit, "Dia bilang 'Kamu ini, ya, jahat sekali, sih.' Ya, semua saya ambil nilai positifnya saja, artinya saya berhasil memerankan sosok Karin dengan Hello Kittynya itu."

Utamakan Pendidikan

Meski menerima banyak hujatan, Chika tetap bersemangat. "Se­mua ini tuntutan peran. Saya harus jadi apa dan harus bagaimana, sutradara yang mengaturnya," ucap dara kelahiran Medan, 26 Mei 1993 ini.

Sedangkan di keluarga, menurut anak ketiga dari empat bersaudara ini, ia tak pemah dilarang orang-tuanya berkegiatan di dunia keartisan sepanjang mampu menjalankan pendidikan formal dengan baik dan benar. "Papa mewajibkan anak-anaknya berhasil dalam dunia pendi­dikan," cerita Chika.

Namun, Chika kecil rupanya telah menunjukkan bakat seninya. Piala dan sertifikat kejuaraan di rumahnya terkumpul lebih dari 400 buah. Berbagai lomba diikutinya, mulai dari lomba menari, menyanyi, peragaan busana, dan lainnya. "Memang, sejak kecil saya sudah senang mejeng kalau difoto dan suka ikut ' lomba. Saya juga bisa menari serampang dua belas dari Aceh. Mes­ki begitu orangtua selalu memagari dengan wanti-wanti agar saya tak melupakan sekolah. Dan itu saya patuhi," ungkap Chika malu-malu.

Soal awal mula ia terjun ke dunia sinetron pun ceritanya cukup unik. Suatu ketika ia bertemu seseorang yang memaksanya ikut ajang pencarian bakat akting di Medan. "Saya sendiri saat itu tak begitu minat. Karena dipaksa untuk ikut, ya, saya ikuti. Panitia itu bekerja sama de­ngan rumah produksi. Hasilnya, saya menang dan diberangkatkan ke Ja­karta. Selanjutnya saya terikat kontrak demi kontrak. Sampai akhirnya saya putuskan melanjutkan sekolah (SMA) di Jakarta karena kesibukan sinetron," papar perempuan yang juga berdarah Aceh ini.

Oleh sebab itu, meski kini didera jadwal syuting yang padat, Chika tak lantas meninggalkan pendidikannya. la tetap menuntaskan kewajibannya sebagai seorang mahasiswi. "Saya ambil jadwal kuliah pagi, pulang siang hari. Setelah istirahat sebentar di rumah langsung berangkat ke lokasi syuting. “ Ungkap Chika yang senang-senang saja menjalankan aktivitasnya selama di bulan Ramadan tahun ini, "Penuh berkah," katanya.

Terima Perjodohan

Di usianya yang terbilang masih muda, Chika pun tak menampik soal pendapatan yang ia peroleh dari keseriusannya di dunia entertainment. Namun, untuk pengelolaan semua-nya ia percayakan pada orangtua-nya. "Semuanya diatur mama. Jadi, kalau saya ingin sesuatu, tinggal minta saja ke mama," terangnya.

Begitu pula dengan urusan asmara. Ternyata, di era digital seperti sekarang, Chika mengaku masih mengalami perjodohan ala Siti Nurbaya. "Soal kekasih, saya juga per­cayakan kepada keluarga. Saya memang dijodohkan, diperkenalkan dengan orang yang sudah kenal de­ngan orangtua saya," ujar Chika.

Tentu, karena dijodohkan calon suami Chika dipilih yang bukan dari kalangan dunia entertainment, "Yang jelas bukan. Saya memang su­dah kenal lama dengan dia, masih hitungan saudara jauh dari keluarga saya di Aceh. Kenalnya sudah tujuh tahun lalu, tapi baru dua tahun be­lakangan kami dekat dan berkomitmen pacaran," tandasnya.

Sedangkan untuk target menikah, Chika mengatakan semua dikembalikan pada Yang Maha Kuasa dengan iringan restu dari orang tua, "Menikah tidak dalam waktu dekat ini? Belumlah. Orangtua juga melihat kesibukan saya dan hal-hal lain-nya," ujar Chika yang begi­tu menuruti orangtuanya. Sampai-sampai   urusan jodoh pun, Chika ikhlas atas pilihan orang tuanya.

 

(Nova, Edisi 1379, 28 Juli - 3 Agustus 2014)