Tukang Bubur Naik Haji : Lewati Angka 1.000, Diganjar 2 Piala PGA

Tidak banyak sinetron yang bisa menuai kesuksesan sebesar Tukang Bubur Naik Haji The Series. Meski awalnya sempat mendapat banyak pro dan kontra karena ketiadaan sosok Mat Solar sebagai tokoh utama Haji Sulam si tukang bubur. Belakangan, sinetron ini malah makin dicintai karena tokoh Haji Muhidin yang sering membuat jengkel.

Dua tahun sudah sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series menghiasi layar kaca pemirsa televisi. Bahkan, sine­tron ini sudah melewati 1.145 episode.

Orang seakan terbius dengan lakon para pemainnya yang mampu membawakan peran dengan piawai. Cerita makin seru karena sang penulis skenaio Imam Tantowi mampu menghidupkan peran-peran yang ada.

Hampir bisa dipastikan, setiap tokoh mendapatkan perannya masing-masing. Seakan tidak ada yang lebih besar porsinya di dalam scene, sehingga penonton bisa mengenal setiap tokohnya dengan baik.

Maka tak heran, jika drama ringan yang di produksi sinemArt itu diganjar dua kali penghargaan sebagai drama seri terfavorit di Ajang Panasonic-Awards (PGA) secara berturut-turut. Yakni PGA 2013 dan PGA 2014.

"Ini moment yang membanggakan kedua buat kami," ujar Dhani Sapawi Line Produser sinetron Tukang Bubur Naik Haji The Series di lokasi syuting, Jalan Mandiri, Cibubur, Jakarta Timur, kemarin.

Saat pertama kali tayang pada 28 Mei 2012 lalu, drama keluarga yang memotret kehidupan tukang bubur di sebuah perkampungan ini memang tidak memiliki target meraih penghargaan. Lewat sebuah realita masyarakat, Imam Tantowi mencoba menyuguhkan tontonan yang menghibur dan mendidik.

"Apa yang kami suguhkan merupakan realita masyarakat dan ini yang menarik," ujarnya. Tidak salah, selama dua tahun berjalan, sinetron yang dibintangi aktor dan aktris dari beragam usia seperti Nani Wijaya, Uci Bing Slamet, Latief Sitepu, Citra Kirana, Alice Norin, Anisa Tri Hapsari, Ben Kasyafani, Dina lorenza, El Manik, dan Marini Zumarnis mendapat hati pe­mirsa televisi. Sampai saat ini, sinetron yang di sutradarai  H. Ucik Supra tersebut menjadi serial televisi dengan jumlah perolehan rat­ting teratas. "Secara tayangan sudah dua tahun, dan secara cerita pastinya sudah mendapat apresiasi yang baik. Ini terbukti kami tetap ada di posisi nomor satu," jelasnya, lantas tertawa.

Dua penghargaan yangsudah ditangan itu pun tidak menjadikan tim , produksi terlena. Sebaliknya, ini akan men­jadi suntikan semangat untuk tetap menghasilkan ce­rita yang seru.

Beragam terobosan telah mereka siapkan, mulai dari memasukan pemain-pemain muda yang lebih fresh hingga menyajikan cerita yang lebih seru.

"Kita tidak mau berdiam diri. Kita terus melakukan usaha keras untuk menaikan ratting. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan pemain baru," kata Imam.

Dengan terobosan tersebut, dia mengakui akan berdampak pada sejumlah pemain lainya. Tapi jangan takut, lanjutnya, pemain lama tidak akan tereliminasi.

Hanya saja proses syuting me­reka tidak akan sebanyak sebelumnya. "Akibatnya ada beberapa pemain lama yang masuk dalam waiting list. Kita tidak memiliki maksud apapun," ungkapnya.

Salah satunya peran Haji Rasidi yang dimainkan oleh Dorman Borisman. Peran ter­sebut sempat waiting list dalam proses produksi.

Setelah ada perubahan rat­ting, peran tersebut dimasukkan kembali dengan konflik yang lebih seru. "Semua itu dengan satu tujuan meningkat ratting dengan cerita yang me­narik," paparnya.

Untuk mendapatkan ide-ide baru dalam sinteron, Imam mengaku tidak memaksakan diri. Apalagi tambal sulam seperti halnya sinetron lainya, sehingga terkesan membingungkan.

"Untuk ide saya sangat terbuka. Apalagi Allah telah memberikan berkah pada tukang bubur jadi semakin banyak cerita-cerita yang akan semakin seru. Pokoknya lihat saja kejutannya," janjinya.

Secara keseluruhan, Tukang Bubur Naik Haji The Series me­mang menyuguhkan potret kehidupan masyarakat, diantaranya perilaku baik dan buruk. Penonton pun seakan diajak untuk melihat potret yang ada, sehingga mereka bisa menilai apakah sikap tersebut adalah murni kebaikan atau hanya sekedar pamer. Kesemuanya itu disajikan secara manis dan lucu.

 

(Indopos, 16 April  2014)