Nani Widjaja : Semangat Emak Bukan Karena Materi

Di usianya yang telah mencapai 69 tahun, Nani Wijaya masih aktif berkiprah di dunia akting. istri almarhum sutradara senior Misbach Yusa Biran ini tak kehabisan semangat meski hampir setiap hari menjalani syuting sinetron stripping Tukang Bubur Naik Haji. Rasa cintanya yang mendalam terhadap dunia seni peran yang telah membesarkan namanya, membuat Nani bisa bertahan sampai saat ini. Sebagai seorang aktris Nani bukan mencari materi semata.

Hampir di seluruh kawasan Jakarta diguyur hujan sedari pagi, Rabu (8/1). Jalanan lenggang dan tak banyak aktivitas terlihat di sepanjang Jalan Mandiri, di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Hanya sesekali kendaraan terlihat melintas dengan kecepatan sedang. Kendati demikian, para pemain dan km sinetron Tukans Bubur Naik Haji masih semangat melakukan pengambilan gambar di sebuah rumah di kawasan tersebut.

Nani Wijaya, tokoh Emak di sinetron yang telah diproduksi lebih dari 1.000 episode itu, terlihat sedang berdiri di depan kamera. Gerak dan raut mukanya memancarkan kesungguhan. Satu persatu dialog diucapnya dengan penuh penghayatan dan rasa percaya diri. Dan... cut.' Hanya butuh sekali take saja, sang sutradara mengacungkan jempol untuk Emak.

Berkat ketekunannya menggeluti dunia seni peran, Nani memiliki kedewasaan dan kematangan yang luar biasa dalam berakting. Tercatat ada berberapa penghargaan film yang pernah diraih perempuan kelahiran Cirebon 10 November 1944 itu, di antaranya adalah dua piala citra.

Pada tahun 1978, akting Nani di film Yang Muda Yang Bercinta, arahan sutradara kondang Syumanjaya menyabet Piala Citra kategori aktris pembantu terbaik. Lima tahun berikutnya, 1983, Nani kembali menyabet penghargaan yang sama lewat film berjudul RA Kartini yang juga digarap sutradara yang sama.

Meski hampir 56 tahun terjun di dunia akting, Nani mengaku tak pernah jenuh atau bosan. Itu karena Nani menyakini sepenuh hati, akting adalah dunia yang telah dipilihkan Tuhan untuknya. Segala penghargaan yang berhasil didapatkannya tak lain adalah anugerah.

"Di usia yang semakin tua saya menyadari ini pekerjaan yang dirahmati Allah. Banyak sekali cobaan, tapi alhamdulillah saya selalu diberi kemudahan. Saya memang sudah ditakdirkan hidup di sini," tuturnya saat ditemui di lokasi syuting sinetron Tukang Bubur Naik Haji, Rabu pekan lalu.

Rp30

Nani Widjaja terjun di dunia akting sejak umur 14 tahun. Tahun 1958, saat baru lulus SMP, Nani ditawari bermain dalam film Darah Tinggi. Dalam film yang diproduksi Aman Picture tersebut Nani bermain sebagai pemeran pembantu wanita. Pada film berikutnya, Nani berhasil menjadi pemeran utama. la bermain dalam film Di Balik Dinding Sekolah arahan sutradara Arifin C. Noer dan Motinggo Busye.

Saat itu, walau kariernya di dunia seni peran sedang menanjak, Nani mengaku masih kesulitan keuangan. Karena menurut Nani honor untuk bermain film saat itu hanya cukup untuk membeli baju dua potong. Hanya sekitar Rp 30. Namun, karena sudah terlanjur jatuh cinta, akhirnya Nani tetap meneruskan pilihannya untuk hidup di dunia akting.

"Karena saya mencintai dunia seni peran, maka saya bekerja dengan perasaan penuh cinta. Saya tidak hanya terpaku pada materi yang saya dapat. Dunia seni peran banyak pernak-perniknya. Ada hal lain yang bisa dicapai selain materi. Kalau hanya materi, mungkin saya tidak akan mampu bertahan sampai sekarang ini," ujar lulusan kursus ; lokakarya akting Institut Kesenian Jakarta itu.

Selama kurun waktu 1970 sampai awal 1990, Nani sangat aktif bermain film. Bahkan, dirinya sering kali mendapat kesempatan bermain di dalam dua film sekaligus dalam satu tahun. Seperti dikutip Wikipedia, sampai September 2013, jumlah film yang dibintangi Nani berjumlah 111 judul. Sebuah angka yang spektakuler.

"Saya suka semua film-film yang saya mainkan. Tapi kalau ditanya yang paling berkesan tentu, film Yang Muda Yang Bercinta dan R. A Kartini. Karena dari kedua film tersebut saya mendapatkan hadiah Piala Citra," terangnya.

Menyesuaikan diri

Setelah industri film Indonesia sepi penonton pada tahun 1993, Nani bermigrasi ke televisi. Dirinya sempat bermain di beberapa sinetron, di antaranya adalah Oh Mama Oh Papa, Si Cecep dan Pintu Hidayah. Adapun yang paling terkenal adalah perannya sebagai Emak di Bajaj Bajuri. Berkat perannya sebagai Emak di drama komedi keluarga itu, Nani jadi kebanjiran job bermain sebagai Emak.

"Dari sana saya jadi sering mendapatkan peran sebagai Emak. Sampai ini, di sinetron Tukang Bubur Naik Haji," terang peraih Lifetime Achievement Festival Film Bandung 2010 itu.

Di usianya yang memasuki 69 tahun kini, Nani masih tergolong lincah dan cekatan. Hal itu diakuinya karena dirinya selalu disiplin membagi waktu dan menjaga pola makan. Selain mengonsumsi vitamin, Nani juga menyempatkan diri berolahraga, di sela-sela padatnya jadwal syuting.

"Selain minum vitamin, saya olah raga teratur. Pagi-pagi saya selalu rutin jalan kaki, dan saya juga renang dua kali seminggu," tuturnya.

Nani menjelaskan, salah satu rahasia kenapa dirinya mampu bertahan selama ini di dunia seni peran, selain karena kecintaannya yang mendalam, adalah kepandaiannya dalam menyesuaikan diri.

"Main film itu selain harus mengikuti alur cerita yang ada, juga harus pandai berakting mengikuti perkembangan zaman. Karena zaman terus berubah, maka mau tidak mau harus ikut menyesuaikan diri untuk bertahan. Sampai sekarang saya masih terus belajar untuk menyesuaikan diri,” tandasnya.

 

(C&R, Edisi 803, 15-21 Januari 2014)