Ammar Zoni : Karir Melesat Berkat Silat

Pernah mengalami lika liku masa remaja, Ammar Zoni membuktikan dirinya bisa berubah dan sukses. Seperti apa perjalanan pemeran Rajo Langit dalam sinetron 7 Manusia Harimau ini?

Ammar Zoni menjadi bintang muda yang tengah bersinar saat ini. Pria kelahiran Depok, 8 Juni 1993 itu, baru-baru ini berhasil menyabet predikat sebagai Pendatang Baru Paling Seru di ajang Global Seru Awards 2015.

Di ajang itu, Ammar juga sukses membawa pulang penghargaan katagori Aktor Paling Seru. Penghargaan tersebut tentu menjadi satu prestasi yang membanggakan bagi Ammar. Perannya sebagai Rajo Langit dalam sinetron 7 Manusia Harimau (7MH) mencuri perhatian pemirsa televisi dan turut berhasil mendongkrak namanya.

"Nggak nyangka banget bisa dapat penghargaan. Saingannya senior semua," kata Ammar ditemui di sela-sela syuting 7MH di kawasan Buperta, Cibubur, Jakarta Timur, Selasa (5/5) lalu.

Keputusannya untuk terjun ke dunia seni peran sejak lima tahun Ialu ternyata tidak salah. Namun, perjalanan Ammar sampai seperti sekarang ini tidaklah mudah.

Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Suhendri Zoni dan Sri Mulyatini (almh) itu melewati masa kecil di Jakarta dan tumbuh seperti anak kecil lainnya, aktif dan banyak bermain.

Saking aktifnya, Ammar cenderung menjadi anak yang nakal dibandingkan anak-anak lainnya. "Aku bandel banget, sering nggak dengerin orangtua, cuek. Sering manjat pohon. Jatuh sudah nggak terhitung deh, sering banget," cerita Ammar mengenang ma sa kenakalannya saat SD.

Ammar menjadi anak yang menonjol. Dia selalu ingin paling terdepan dari teman-temannya.

"Saya pernah manjat pohon jambu dan belimbing punya orang. Saya ambilin dan petikin buahnya, terus saya suruh teman jual di pasar. Dari kecil saya sudah pengen punya anak buah," tambah Ammar.

Ibunya sempat bingung menghadapi tingkah Ammar. Tapi ayahnya justru mendukung kenakalan anak sulungnya. "Bandel nggak apa-apa asal bandel aku masih ditingkat kewajaran, tidak kriminal," beber Ammar.  Saking bandelnya, Ammar sampai 15 kali pindah sekolah. Saat ditanya cita-cita masa kecil, dia mengaku tidak pernah memiliki cita-cita yang tinggi.

"Setiap kali ditanya nanti besar mau jadi apa, jawab saya simple, yang enak saja nanti jadi apa," katanya tertawa.

Puncak kenakalan Ammar terjadi saat duduk di bangku kelas 6 SD, saat Ammar di-tinggal sang bunda selama-lamanya. "Sejak ibu meninggal, saya makin bandel. Ayah jarang di rumah," ujarnya.

Kenakalan Ammar berimbas pada pelajaran. Akibatnya, Ammar dikeluarkan dari sekolah. Ditingkat SMP saja, dia tujuh kali pindah sekolah.

Dididik Kakek

Tak kuat menangani kenakalan Ammar, ayahnya memindahkan dia ke Muara Labuh, Solok Selatan, Padang. Dia diserahkan pada kakek dan neneknya untuk dididik.

Oleh kakeknya Amar digembleng menjadi anak yang disiplin. Setiap hari dia dibangunkan pukul 04.00 WIB dan diajak ke Musala. "Setiap hari diawali baca Asmaul Husna, terus Subuh, ngaji," katanya.

Siang hari Ammar selalu ikut ka­keknya ke ladang untuk membantu memotong getah karet.

Melihat Ammar tidak memiliki kegiatan yang berarti, kakek yang me­miliki gelar Datok Sutan Malenggang menyarankan dia untuk belajar silat.

"Kakek saya dulunya juga belajar silat. Ayah saya juga dulu waktu seumuran saya ketua silat Silamba di Jakarta. Jadi, memang ada basic dari keluarga silat," katanya.

Dia menuruti saran kakeknya dan mulai berlatih silat Luncua, silat asli dari Muara Laboh. Setelah setahun lebih, Ammar bergabung dengan Perguruan Pencak Silat Garuda Putih. Dari silat inilah kelak Amar membangun dirinya di dunia akting.

 

(NYATA, Edisi 2288, II Mei 2015)