Irish Bella : Tenang dan Damai ketika Bisa Berbagi

Sesuksesannya berperan sebagai Irene dalam sinetron Berkah ini diganjar dengan limpahan materi. Alhasil, dari kerja kerasnya itu, Ibell, sapaan akrabnya, sudah bisa membeli mobil dan tanah yang rencananya akan dibangun sebuah rumah. Namun, bukan itu semata yang membuatnya merasa bahagia. Adalah berbagi rezeki dengan orang yang membutuhkan yang membuatnya merasa lengkap sebagai seorang muslim.ih. Sudah sejak kecil, selain  diajarkan untuk menunaikan salat 5 waktu, ia dibiasakan untuk bisa saling berbagi dengan sesama.

Selasa (25/6) siang, kami mendatangi Studio Persari, Jagakarsa, Jakarta Selatan, untuk menemui Ibell. Ketika kami tiba, Ibell sedang makan. "Sebentar, ya, Mas. Ibell lagi makan siang," kata Susanti Arifin, ibunya, sambil menghampiri kami. Tak lama kemudian, gadis cantik berdarah campuran Belgia-Sunda itu pun muncul. "Halo, Mas, maaf sudah menunggu," katanya sambil tersenyum.

Dengan wajah yang sudah di-make-up dan rambut panjangnya yang diikat cepol, Ibell berbagi kisah soal kesibukannya sekarang. "Ya, beginilah kerjaan aku setiap hari, Mas. Lokasi dan lokasi," ujarnya.

Baginya, main sinetron lebih enak, sekalipun tak jarang ia merasa kelelahan. "Walaupun capek, lebih fun saja dan lebih mendalami karakter. Setiap hari kan syuting dan mendapatkan skenario baru," katanya.

Saat ini, ia memang sedang fokus pada dunia akting. Namun, ia punya rencana untuk melebarkan sayapnya ke bidang lain. "Ada rencana les vokal. Mungkin tahun depan mau mengeluarkan single atau album. Jems musiknya mungkin jazz. Kebetulan sudah ada yang menawari," kata gadis kelahiran Cirebon, 23 April 1996 ini.

Selain main sinetron, Ibell pun mencoba keberuntungan di dunia layar lebar. Film perdananya berjudul Heart 2 Heart yang diproduksi oleh Starvision. Wulan Guritno dan Arumi Bachsin adalah lawan mainnya. "Jadi, awalnya aku lagi iseng jalan-jalan ke salah satu mal di Bandung. Tiba-tiba ada orang agency yang nawarin aku buat ikutan casting," kata gadis yang saat ini duduk di kelas 2 SMA, "Tadinya aku, sih, takut karena aku kan memang nggak bisa akting. Tapi kata Mama, coba aja dulu selagi ada kesempatan."

Dari sebuah agency tersebutlah, Ibell berhasil memikat salah satu production house di Jakarta, la pun memutuskan untuk hijrah ke Jakarta. Tawaran untuk membintangi iklan berdatangan.

Jelas tak mudah bagi Ibell bermain dalam film perdananya. Apalagi ia berperan sebagai gadis buta dan bisu. Tambahan lagi, lawan mainnya adalah Wulan Guritno dan Arumi Bachsin. "Yang pasti, aku grogi banget karena itu film pertama aku, tapi langsung dapat peran yang berat jadi orang buta dan bisu. Makanya aku sampai observasi, lihat langsung orang yang buta dan nonton film-film yang menceritakan orang buta," ung'kap gadis cantik yang kini masih duduk di bangku kelas 2 SMA ini.

Putri pertama dari pasangan Johan Gustaaf De Beule dan Dian Susanti Arifin ini punya cara sendiri bagaimana menjaga agar pendidikan dan kariernya bisa berjalan beriringan. "Aku selalu berusaha mengatur jadwal kegiatan harian dengan baik. Antara jadwal belajar, syuting, dan bermain. Ketiga hal inilah yang selalu diingatkan Papa dan Mama. Tapi yang paling sering Mama yang mengingatkan" imbuh gadis berkulit putih ini.

Dibantu ibunya, Ibell mengatur dan memilih sendiri kapan tampil untuk memenuhi tawaran lain supaya waktu belajarnya tidak terganggu. la ingin membuktikan bahwa kesibukannya itu tak mengganggu prestasi belajarnya. "Kalau di sekolah, aku harus benar-benar belajar dan memperhatikan guru. Sehingga kalau ada ulangan dan hanya punya sedikit waktu untuk belajar, setidaknya aku nggak belajar dari nol lagi," terangnya.

Pendidikan Agama. Sudah sejak kecil Ibell mendapat pendidikan agama yang kuat. Menunaikan salat 5 waktu, membaca Al Qur'an, memberikan sedekah, dan menjalankan ibadah puasa. "Kadang salatnya bolong juga karena kelupaan," katanya sambil tersenyum.

Lalu bagaimana dengan puasa? Ibell juga berpuasa. Baginya, berpuasa bukan hanya persoalan menahan rasa haus dan lapar, melainkan juga menguji mental untuk menahan diri. Pada bulan Ramadan ini, ia sengaja mengurangi aktivitasnya agar puasanya tahun ini jauh lebih baik daripada tahun sebelumnya. Kalau tahun lalu tidak sempurna, alias bolong-bolong, tahun ini harus penuh. "Jika tahun kemarin mungkin kurang baik, Ramadan kali ini aku berusaha memperbaikinya," janjinya.

Di samping berpuasa, menunaikan salat 5 waktu, dan membaca Al Qur'an, Ibell juga rutin menyisihkan sebagian penghasilannya untuk orang-orang kecil. "Setiap bulan, aku pasti undang anak yatim ke rumah atau sebaliknya aku yang datang ke tempat mereka. Sampai sekarang itu masih aku lakukan," katanya.

Tidak hanya itu. Ibell juga mengaku bahwa jika ia dan kedua orang tuanya pergi dan di tengah jalan ada pengemis yang meminta uang, ia pasti beri. Para pengamen dan anak-anak jalanan punia beri uang. "Sebagian rezeki orang itu merupakan hak orang lain. Dan itu diajarkan dalam agama Islam," katanya.

Apa yang dirasakannya padasaat dan setelah memberikan uang itu kepada pengemis, pengamen, dan anak-anak jalanan? Kasihan? Mungkin, ya. Tapi perasaan yang lain jauh lebih kuat daripada sekadar kasihan. Tenang, nyaman, dan damai. Setelah memberikan uang, katanya, ia merasa nyaman sekali karena hak-hak orang kecil dalam rezekinya itu sudah ia keluarkan. Sudah ia penuhi.

Selain memberikan uang kepada orang-orang kecil yang ada di pinggirdan perempatan jalan, Ibell juga menyisihkan pendapatannya untuk anak-anak yatim dan piatu di beberapa yayasan sosial dan panti asuhan. "Besarnya, insya Allah, sesuai ajaran agama, yaitu 2,5 % dari penghasilan," katanya singkat.

Yang mengurus semuanya itu adalah ibunya sendiri. Tapi, tentu saja, atas namanya. Setelah menyiapkan uang, Ibell dan kedua orang tuanya datang ke panti asuhan atau yayasan sosial yang terletak di sekitar rumahnya.

Lepas dari persoalan bahwa memberikan uang kepada orang kecil adalah ajaran agama, Ibell punya alasan sendiri mengapa ia ingin membagikan rezekinya itu. Ibell mengatakan bahwa kemampuannya berakting adalah hal terindah dalam hidupnya. "Ini semua adalah anugerah dan sudah lebih dari kata nikup," tandasnya.

 

(GENIE, Edisi 46, 28 Juni - 4 Juli 2013)