Cinta 7 Susun : "Jangan takut untuk bermimpi..!"

 

JANGAN takut untuk bermimpi. Itulah pesan yang ingin disampaikan dari sinetron Cinta 7 Susun garapan sutradara Desiana Larasati. Sinetron ini memang bercerita tentang penghuni Rumah Susun (Rusun), anak-anak yang nggak punya, anak-anak yang hidupnya pas-pasan, anak-anak yang polos, tapi mereka pu­nya mimpi besar. "Untuk itu mereka mau kerja keras. Akhirnya, dari yang nggak bisa apa-apa, dari mereka yang nggak punya apa-apa, bisa menjadi be­sar. Itulah inti dari sinetron ini," kata sang sutradaranya, Eci - begitu dia biasa dipanggil - saat ngobrol singkat dengan Muntaco Fado, reporter BintangFilm, di lokasi syutingnya di Rumah Susun Tebet, Jakarta Selatan.

Memang, rumah produksi Sinemart selalu berusaha — dalam setiap sine­tron yang diproduksinya - menyelipkan misi atau nilai-nilai yang positif. Selain juga, selalu berusaha menghadirkan "bintang-bintang" baru. Dalam Cinta 7 Susun, Sinemart memperkenalkan grup girlband 7 Icon, yang terdiri dari A Tee, Mezty, Natly, PJ, Vanilla dan Linzy.

Menurut Eci melihat personil 7 Icon memiliki jiwa yang kuat-kuat. "Mereka memang orang-orang yang niat banget kerja. Keteguhan hati mereka untuk mencapai yang baik, itu memang ada pada mereka. Meski di blantika musik namanya sudah dikenal, tapi sebagai pemain baru mereka tidak sombong. Inilah yang membuat kerjasama kami berjalan asyik," kata Eci, yang nama lengkapnya Desiana Larasati.

Sinetron ini memang bercerita ten­tang perjalanan 7 Icon menuju sukses. "Disini kita hadirkan lika-liku kelucuan mereka, begitu juga kisah cinta mereka. Namanya juga Cinta 7 Susun , maka terjadilah si anu jatuh cinta sama si anu, tapi secara keseluruhan intinya adalah perjalanan karir 7 Icon" imbuh Mbak Eci, yang merasa tidak mendapat kesulitan ketika "bintang-bintang baru" ini disandingkan dengan bintng-bintang lama. Seperti Bairn Wong, Rico Tampati, Minati Atmanagara, Gunawan, dan Cut Mey Mey. Chemistry diantara mereka, mampu direkatkan. Rahasianya?

Eci berpendapat, kalau dulu, ada batas antara sutradara dan pemain. "Sekarang sih udah ngak ada. Itu kalo untuk saya, ngak tahu kalo sutradara yang lain. Bagi saya, semuanya sama. Nggak ada yang lebih special atau dapat perlakuan lebih. Apa dia itu pemeran utama , apa ektra, pemeran pendukung, semuanya sama. Kita sama sama cari uang, cari kerja, cari nafkah," imbuh Eci.

Namun diakuinya, pendekatan anta­ra yang tua dan muda, memang beda. "Bagaimana supaya mereka bisa dekat sama kita, kita harus bisa kerjasama bareng. Intinya kita itu satu keluarga, sama-sama maksimal bikin yang bagus. Jadi itu dulu yang kita tuju. Untuk itu, kita masuk ke dunia mereka."

Desiana Larasati setuju, kepada pe­main yang suka mengoreksi sutradara. "Itu harus. Semua orang, jangan saya, jangan pemain, kru saya dan siapapun kalo mereka pikir bisa kasih masukan yang baik, apa salahnya ? " begitu pendapatnya. "Justeru saya butuh masukan masukan dari orang-orang itu. Karena saya tahu apapun masukan dari mereka, mereka punya tujuan ingin hasil yang lebih baik. Bukan hasil yang lebih jelek. Dan saya tahu, banyak juga orang yang seperti saya dan berpikiran positif, bahwa ide-ide itu datang buat sesuatu yang lebih baik. Saya sudah tujuh tahun jadi sutradara. Dari awal sampai sekarang, yang bikin saya masih bertahan jadi sutradara, adalah masukan masukan itu. Justru itu, masukan masukan bagus dari pemain, dari kru, dari semua , saya terima."

Tentang Cinta 7 Susun, selain kisah keberhasilan 7 Icon, apa yang akan disampaikan pada pemirsa ? " Bahwa kita harus punya mimpi setinggi mungkin. Karena mimpi itu adalah sesuatu yang belum menjadi kenyataan, tapi akan menjadi kenyataan. Jadi jangan takut untuk bermimpi".

 

(BINTANG FILM, Edisi 19, Maret 2013)